Lebih Dingin karena Memasuki Kemarau, Bukan Aphelion

26 Juli 2022, 05:48:43 WIB

INFORMASI yang berkaitan dengan kondisi perubahan alam cukup sering ditunggangi misinformasi. Dan netizen +62 latah dengan menyebar ulang informasi yang tidak terverifikasi itu. Misalnya, sebuah akun menyebarkan informasi bahwa kondisi cuaca bakal lebih dingin daripada biasanya. Dia menuliskan besok, tapi tanpa memberikan keterangan waktu yang lebih jelas.

”Mulai harini hingga 22 Agustus cuaca akan lebih dingin dan lebih dingin dari tahun lalu. Ini disebut fenomena Albelian. Dimulai besok pagi jam 5-27. Kita tidak hanya akan melihat tetapi juga mengalami efek dari Fenomena Alphelion,” tulis akun Facebook Nova Siringo Ringo Nova pada Jumat (22/7).

Informasi itu juga menyebutkan, kondisi itu akan berakhir pada Agustus 2022. Bahkan menyertakan informasi tentang dampak yang terjadi pada tubuh. ”fenomena ini dapat mengakibatkan badan pegal-pegal, tenggorokan tersumbat, demam, batuk dan masalah pernapasan,” tulis akun tersebut (bit.ly/DinginSampaiAgustus).

Pesan dan informasi tersebut beredar berkali-kali. Bahkan sempat viral di awal 2022. Klarifikasi dan penjelasan resmi juga telah disampaikan oleh berbagai media kredibel, termasuk Jawa Pos.

Koordinator Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tanjung Perak Surabaya Adi Hermanto mengatakan bahwa informasi terkait fenomena Albelian itu tidak tepat. Menurut dia, perihelion dan aphelion tidak terlalu signifikan memengaruhi suhu permukaan di bumi. ”Kondisi dingin saat ini lebih disebabkan karena saat memasuki musim kemarau,” katanya.

Adi menambahkan, saat ini tidak banyak wilayah yang ditutupi awan. Sehingga salah satu efeknya pada malam hari energi panas dari bumi terlepas secara bebas di atmosfer sehingga bumi lebih cepat dingin. ”Oleh karena itu, pada saat malam hingga menjelang pagi, udara bisa terasa lebih dingin,” lanjutnya.

Faktor kedua, udara saat ini dingin karena ada transfer massa udara dingin dari Benua Australia yang mengalami musim dingin. Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di puncak musim kemarau pada Juli–September. Ulasan itu menyebutkan, wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau. Periode itu ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Australia.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengatakan, pada bulan Juli wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Soal aphelion yang berdampak pada suhu udara saat malam, jelas Herizal, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi (aphelion). Tapi, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan.

Editor : Dhimas Ginanjar

Reporter : zam/c9/jun

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads