Minggu, 2 April 2023

Keliru Pahami HIV AIDS, 60 Persen Remaja Takut Bicara Edukasi Seks

- Rabu, 27 November 2019 | 10:57 WIB
Ilustrasi. Seks perlahan akan memudahkan perempuan meraih kenikmatan.
Ilustrasi. Seks perlahan akan memudahkan perempuan meraih kenikmatan.

JawaPos.com - Sampai saat ini sejumlah orang tua masih merasa tabu untuk berbicara soal pendidikan seks kepada anaknya. Alhasil, anak kemudian mencari tahu informasi dari luar baik itu dari pergaulan atau dari media sosial. Sehingga sering kali kurang dalam menyaring informasi negatif. Berdasar itu, anak menjadi rentan terkena penyakit menular seksual hingga HIV AIDS karena kesalahpahaman atau miskonsepsi.

Sebuah hasil survei dari Durex RB Indonesia dengan JAKPAT pada tiga profil konsumen yaitu anak muda, orang tua, dan pasangan menikah di lima kota besar Indonesia menemukan bahwa aspek tabu dan stigma masih menjadi tantangan besar dalam komunikasi kesehatan reproduksi dan edukasi seksual.
Hasilnya, pada responden anak muda, aktivitas seksual berisiko ditemukan pada kelompok usia
18-20 tahun dengan kemungkinan tertular penyakit menular seksual sebesar 50:50. Pada responden orang tua, terdapat 65 persen responden yang menjadikan pengalaman pribadi sebagai referensi yang memungkinkan miskonsepsi antargenerasi. Pada responden pasangan menikah, ditemukan adanya permasalahan isu transparansi antara pasangan yang bermanfaat untuk memutus rantai PMS (Penyakit Menular Seksual).

Berdasarkan hasil survei, beberapa topik yang jarang didiskusikan oleh ketiga profil konsumen meliputi pernikahan di bawah 20 tahun termasuk risiko kesehatannya hanya dibicarakan oleh 38 persen responden remaja dan 20 persen responden orang tua. Adanya tantangan komunikasi antara orang tua dengan anak yang diperlihatkan oleh 61 persen responden anak muda takut merasa dihakimi oleh orang tua, sedangkan 59 persen orang tua merasa khawatir jika mendiskusikan edukasi seksual seolah mengajarkan hubungan seks pra-nikah. Topik penyakit menular seksual termasuk cara pencegahannya hanya dibicarakan oleh 35 persen
responden pasangan menikah.

"Saya berhadapan langsung dengan anak-anak muda di media sosial. Mereka punya banyak pertanyaan tentang seks. Kalau mereka tak dipaparkan dari sunber kredibel dan terpercaya maka bisa salah. Mereka kadang takut tanya ke orang tua karena takut dinilai macam-macam, takut di-judge. Eh kamu mau ngapain memangnya," kata Clinical Psychologist & Sexuality Educator, Inez Kristanti dalam diskusi baru-baru ini.

Inez menambahkan orang tua juga sering takut dan khawatir saat bicara soal pendidikan seksual apalagi soal penyakitnya. Seperti sesuatu yang menyeramkan dan tak tahu harus memulainya dari mana.

"Orang tua khawatir kalau anak jadi tahu nanti malah coba-coba. Ketika dibicarakan malah takut terjadi perilaku yang tak bertanggung jawab. Padahal kalau remaja itu kan rasa ingin tahunya tinggi, dibilang jangan tapi tetap dilakukan. Sehingga jika komunikasi hanya satu arah dari orang tua, sifatnya mengancam. Jadinya anak-anak dapat informasi dari luar, banyak sumber enggak kredibel," ujarnya.

Inez mengungkapkan anak muda juga seringkali justru tahu soal pendidikan seks dari pacarnya. Padahal informasi penting dan sensitif itu lebih baik diberikan oleh orang-orang kredibel dan bisa dipercaya.

"Justru kalau enggak dibicarakan akan mendorong perbuatan tak bertanggung jawab. Dan ketika dibicarakan justru bisa dibekali dengan pengetahuan. Akan tetapi harus ingat ya,orang tua harus introspeksi dulu nih seberapa dekat mereka dengan anak? Jangan-jangan selama ini komunikasi dengan anak berjarak lalu ujug-ujung bicara soal seks dan penyakitnya, anak akan merasa aneh," ungkap Inez.

Berdasar itu, bagi para orang tua, ada beberapa cara untuk memulai perbincangan seksual dalam konteks ilmiah namun tetap ringan, bernama Eduka5eks. Lima langkah mudah memahami pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi dalam kampanye tersebut di media sosial dengan tagar #EnaknyaDiobrolin. Lima langkah
tersebut meliputi:

1. Ayo Pahami - Sikap terbuka untuk memperoleh lebih banyak informasi tentang kesehatan seksual
dan organ reproduksi
2. Mari Bicara - Berani untuk memulai percakapan
3. Saling Menghargai - Menghargai pendapat dan keputusan orang lain.
4. Selalu Bertanggung Jawab - Bertanggung jawab atas diri sendiri, pasangan kita, dan keluarga
kita.
5. Pemeriksaan Kesehatan - Mulai melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Editor: Edy Pramana

Tags

Terkini

Sudah Dipatenkan, Akar Kuning Bisa Cegah Kanker Hati

Kamis, 15 Agustus 2019 | 15:07 WIB

8 Cara Mudah Ubah Gaya Hidup Pasien Diabetes

Jumat, 28 Juni 2019 | 11:46 WIB
X