JawaPos.com - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menarik 5 jenis obat Ranitidin karena mengandung cemaran NDMA sebagai karsinogen. Keputusan tersebut berdasarkan temuan US Food and Drug Administration (US FDA) dan European Medicine Agency (EMA) tentang adanya temuan cemaran NDMA dalam jumlah yang relatif kecil pada sampel produk yang mengandung bahan aktif Ranitidin.
NDMA merupakan turunan zat Nitrosamin yang dapat terbentuk secara alami. Studi global memutuskan nilai ambang batas cemaran NDMA yang diperbolehkan adalah 96 ng/hari (acceptable daily intake). Zat ini bersifat karsinogenik (memicu kanker) jika dikonsumsi di atas ambang batas secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Internist & Vaccinologis dari In Harmony Clinic, dr. Kristoforus HD, SpPD mengatakan NDMA dikategorikan sebagai suatu zat yang diduga dapat menyebabkan kanker (karsinogen), berdasarkan riset di laboratorium. NDMA ternyata juga bisa ditemukan dalam berbagai makanan yang jika dalam jumlah kecil tidak berbahaya.
"Sebetulnya NDMA merupakan cemaran (kontaminan) alami yang terdapat di berbagai makanan dan air, termasuk di daging, produk susu, dan sayur-sayuran. Jadi dalam jumlah kecil sebetulnya keberadaan NDMA ini masih wajar," jelasnya kepada JawaPos.com, Selasa (8/10).
Hanya saja, kalau terakumulasi, lanjut dr. Kristoforus, penumpukan NDMA itu bisa makin banyak dan akibatnya pun muncul. Nitrosamin sendiri bisa menyebabkan berbagai macam kanker tergantung zat itu berada.
"Bisa di kerongkongan, lidah, liver, pankreas, ginjal. Tapi, NDMA secara spesifik, bisa merusak hati dan bahkan kanker hati," tukasnya.
NDMA digunakan dalam percobaan laboratorium untuk merangsang terjadinya kanker pada tikus-tikus uji coba. Menurutnya, konsumsi Ranitidin dalam jangka panjang dan terakumulasi, bisa saja memicu terjadinya kanker.
"Rasanya (jangka pendek) enggak sih ya, karena cemaran NDMA yang ada di Ranitidin hanya sedikit di atas batas minimum harian yang boleh terpapar ke tubuh kita. Dalam jangka pendek, harusnya enggak apa-apa. Tapi dalam jangka panjang, akumulasinya mungkin bisa menyebabkan kanker," tuturnya.
Maka para dokter akan meresepkan obat lambung lainnya dengan efektivitas yang sama. Saat ini sudah ada banyak, salah satu yg terkenal golongan penghambat pompa proton misalnya Omeprazole.
"Kalau pemberian Ranitidin terakumulasi jangka panjang, mungkin bisa jadi masalah," lanjutnya.
Lalu bagaimana jika pasien selama ini sudah telanjur sering meminum obat itu sesuai resep dokter? Apakah ada cara mendetoks NDMA dari dalam tubuh?
"Setahu saya belum ada obat untuk detoks NDMA, tapi saat ini tampaknya sedang diteliti para ahli. Apakah probiotik dengan lactobacillus bisa mendetoksifikasi NDMA. Kita tunggu dan ikuti petunjuk BPOM setelah dipelajari mereka," pungkasnya.