Minggu, 11 Juni 2023

Bunda Corla, Hamburg, dan Flaneur

- Minggu, 12 Februari 2023 | 09:36 WIB
ILUSTRASI - AGUNG/JAWA POS
ILUSTRASI - AGUNG/JAWA POS

Sosok Bunda Corla –perempuan diaspora Indonesia yang sedang naik daun dan menetap di Hamburg, Jerman– menghibur saya dan ribuan penonton lain dengan live blusukannya di jalan-jalan utama Kota Hamburg. Bunda Corla mementaskan struktur keseharian Kota Hamburg dengan joke dan tingkahnya yang to the point tanpa sensor.

IA dengan aksen khas Medan menjadi penghubung digital saya dan ribuan penonton lain dengan Kota Hamburg. Berbeda dengan vloger lain, live Bunda Corla terasa lebih spontan, tanpa pretensi, polos, tanpa skrip, dan apa adanya. Dalam kesehariannya, Bunda Corla hampir jarang menggunakan alat perekam khusus. Perempuan yang bernama lengkap Cynthia Corla Pricillia ini menggunakan video pada telepon genggamnya untuk merekam aktivitas kesehariannya sebagai pegawai di sebuah resto cepat saji khas Amerika Serikat di Hamburg. Dalam studi ruang urban, live blusukan ala Bunda Corla ini disebut sebagai flaneur.

Dalam The Painter of Modern Life (1995), Charles Baudelaire, seorang penyair Prancis abad ke-19, menggambarkan flaneur sebagai sesosok laki-laki yang selalu berada dalam kerumunan dan selalu ingin menjadi satu dengan kerumunan, ”to become one flesh with crowd”. Selain keluyuran, seorang flaneur adalah seorang passionate spectator yang membangun ”rumahnya” di antara keramaian kota dan gerak tubuh manusia. Meski begitu, Baudelaire seolah menekankan estetika flaneur sebagai sosok yang ambigu. Sosok ini pada saat yang bersamaan ingin melihat dunia dan berada dalam pusat dunia, namun juga ingin tersembunyi dari dunia. Perspektif Baudelaire tentang flaneur sering kali dikaitkan dengan kapitalisme dan struktur kota urban di mana ia merepresentasikan sosok tersebut sebagai penikmat gemerlap dan hiruk pikuk kota urban. Walter Benjamin, seorang filsuf Jerman, dalam The Arcades Project (1999) menambahkan bahwa flaneur berlindung dalam kerumunan dari ilusi kota urban dan selalu berada di ambang batas luar dan dalam metropolis.

Dalam konteks Bunda Corla dan Hamburg, flaneur menemukan bentuknya yang lain. Blusukan Bunda Corla menyajikan narasi gerakan tubuh perempuan pekerja dalam ruang lintas batas global. Ia meleburkan ruang urban Hamburg dengan tempat-tempat lain melalui live TikTok-nya. Bunda Corla merekonstruksi sosok flaneur yang dulu dipahami sebagai laki-laki yang memiliki kuasa lebih atas struktur jalan urban. Selain itu, video HP Bunda Corla tidak hanya difokuskan pada wajah, namun juga lanskap Eropa ala Hamburg yang menjadi daya pikat tersendiri.

Banyak penonton yang mengaku merasa lebih senang dengan live blusukan Bunda Corla yang sporadis dari satu lokasi ke lokasi lain ketimbang live di dalam apartemennya. Ia membawa penonton menyusuri taman Kota Hamburg, singgah dan belanja di toko Asia, atau sekadar menunggu bus di halte. Ribuan penontonnya seolah ikut memiliki ruang-ruang publik Kota Hamburg. Sebagai seorang flaneur, Bunda Corla memprivatisasi ruang publik dan mendekonstruksi ruang dan penghuninya sekadar untuk kepentingan penonton. Tidak jarang ia berceloteh sendiri dalam bahasa Jerman yang bercampur dengan bahasa Indonesia dan mengomentari orang-orang yang ia temui di jalan. Dengan cara ini, ia menyisipkan unsur penokohan dari jalanan Kota Hamburg ke dalam ruang digital.

Penonton pun terkadang harus puas berada di dalam saku baju Bunda Corla karena sesuatu hal, misalnya ketika Bunda Corla harus melayani pembeli. Tidak seperti vloger lain, Bunda Corla terkadang meletakkan HP-nya begitu saja di sudut stasiun kereta Hamburg demi penontonnya mendapatkan sketsa gerak tubuhnya. Dalam keramaian pun, supaya tidak terkesan aneh, Bunda Corla terkadang berpura-pura seolah ia berbicara di telepon dengan orang lain dan sering kali meminta penontonnya untuk tidak berisik dengan kata-katanya yang khas, ”Diam kamu.

Diam semuanya!” Hal ini sontak malah mengundang gelak tawa penonton. Bukan hanya itu, Bunda Corla sering membawa penontonnya menyusuri jalan-jalan Kota Hamburg pada pagi hari gelap selepas ia kerja. Ruang yang terkadang tidak memberi panggung bagi perempuan. Bunda Corla seolah membalikkan perspektif perempuan sebagai flaneur di ruang publik pada rutinitas yang tidak biasa.

Bunda Corla adalah sosok penting dalam dunia digital. Dia tidak hanya merekonstruksi bentuk baru dunia flaneur, namun juga menjadi notasi kosmopolitan yang membaurkan titik satu dengan titik lainnya dalam konteks lintas batas negara lewat live TikTok-nya. Pengembaraan Bunda Corla di antara kerumunan Kota Hamburg yang multikultural dengan jalan kaki menjadi sebuah komoditas alamiah tanpa editan yang menjadi ruang ketiga untuknya dan penonton. Dalam ruang ketiga inilah, di tengah Kota Hamburg yang asing Bunda Corla akan selalu menemukan penontonnya. Begitu pula penontonnya. (*)

---

HUJUALA RIKA AYU, Dosen sastra Inggris di Universitas Negeri Surabaya. Sedang menempuh studi S-3 sastra Inggris di State University of New York, Binghamton, Amerika Serikat

Editor: Ilham Safutra

Tags

Terkini

Seribu Satu Malam di Bali

Minggu, 4 Juni 2023 | 08:35 WIB

Sehari-hari Merenung Melampaui Batas

Minggu, 28 Mei 2023 | 08:00 WIB

Kebangkitan

Minggu, 28 Mei 2023 | 07:00 WIB

Seni Pascareformasi

Minggu, 21 Mei 2023 | 11:31 WIB

Sua Kuasa Matra

Minggu, 14 Mei 2023 | 07:30 WIB

Kebudayaan ala Kotak Korek Api

Minggu, 14 Mei 2023 | 07:00 WIB

Kota via Teater, Teater via Kota

Minggu, 7 Mei 2023 | 08:38 WIB

Kepada Jakarta

Minggu, 7 Mei 2023 | 08:29 WIB

Peci: Tokoh dan Negara

Sabtu, 29 April 2023 | 17:00 WIB

Khotbah Idul Fitri Terakhir di Kota Revolusi

Sabtu, 29 April 2023 | 16:00 WIB

Yang Menyalakan Pelita untuk Kartini

Sabtu, 15 April 2023 | 18:00 WIB

Menyambut Koruptor

Sabtu, 15 April 2023 | 17:00 WIB

Citra Tafakur Agus TBR

Sabtu, 8 April 2023 | 18:00 WIB

Nada & Dakwah, setelah Tiga Dekade

Sabtu, 8 April 2023 | 17:00 WIB

Kochi Biennale dan Visi India Menuju Dunia

Minggu, 2 April 2023 | 10:03 WIB

Taman Kata-Kata Nadin Amizah

Sabtu, 1 April 2023 | 17:03 WIB

Ibadah di Alam yang Rebah

Minggu, 26 Maret 2023 | 04:00 WIB

Wajah Asia di Panggung Oscars

Minggu, 26 Maret 2023 | 03:00 WIB
X