Yang Konvensional lewat Buku, Yang Milenial Bikin Video

28 Oktober 2022, 15:26:57 WIB

Duta Baca Indonesia Gol A Gong dan Safari Literasi

Sejak menjadi Duta Baca Indonesia, Gol A Gong tidak pernah berhenti keliling Nusantara. Masuk ke desa-desa untuk menggerakkan semangat literasi. Mencintai buku sekaligus merawat bahasa Indonesia.

HATI Duta Baca Indonesia Gol A Gong berbunga-bunga saat mengunjungi Perpustakaan Harapan Bangsa Kampung Pegat Bukur, Berau, Kalimantan Timur, pada Minggu (23/10) lalu. Perpustakaan itu berbeda dengan perpustakaan lainnya. Banyak inovasi. Tidak heran, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menetapkannya sebagai Perpustakaan Desa Terbaik pada 2020.

Gong antusias mendengarkan penjelasan pengelola perpustakaan itu. Sistem yang diterapkan adalah inklusi sosial. Jadi, perpustakaan tersebut tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga menyiapkan tempat belajar bagi masyarakat. Mereka yang datang tidak hanya membaca buku, tapi juga mempraktikkan apa yang mereka baca.

Banyak produk yang dihasilkan dari membaca buku. Gong tidak henti-hentinya melihat produk yang dipamerkan ketika dia berkunjung. Ada batik kaus, kerajinan tangan, dan produk menarik lainnya. Ada pula produk perikanan dan pertanian. Sebab, perpustakaan juga menyiapkan kolam ikan, lahan pertanian, dan pembelajaran alam.

Selain mengunjungi Perpustakaan Harapan Bangsa Kampung Pegat Bukur, Gong datang ke SMAN 4 Kabupaten Berau, Kaltim. Yang membuat takjub Gong, sekolah tersebut telah menerbitkan 900 judul buku. ”Ini sesuatu yang sangat luar biasa!” seru Gong saat menceritakannya kepada Jawa Pos, Selasa (25/10) lalu.

Di sekolah itu, Gong berbagi cerita dan semangat bersama para guru dan siswa terkait peningkatan literasi. Para guru harus betul-betul bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan minat baca para siswa. ”Guru jangan hanya sibuk merazia handphone siswa, tapi bagaimana menggunakan handphone untuk pembelajaran,” tutur penulis Balada si Roy itu.

Dari Berau, Gong melanjutkan perjalanannya ke Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Kemudian, bertolak ke Merauke, Papua. Berikutnya, Gong akan langsung terbang ke Surabaya, Blora, dan Boyolali.

Sampai akhir tahun, jadwalnya sangat padat. Sebelumnya, Gong mengadakan safari literasi dengan berkeliling Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT selama tiga bulan nonstop.

Setiap berkunjung ke daerah, dia selalu datang ke sekolah, perpustakaan, dan komunitas. Ada sejumlah kegiatan yang dilakukan. Di antaranya, seminar literasi, pelatihan menulis, dialog dengan penggiat literasi, peluncuran dan bedah buku, hibah buku, serta kegiatan lainnya. Bergumul dengan khazanah bahasa Indonesia. ”Saya betul-betul menjadi pelayan masyarakat. Saya senang sekali bisa berkolaborasi meningkatkan semangat literasi,” tuturnya.

Sastrawan bernama asli Heri Hendrayana Harris itu mempunyai strategi berbeda dalam memberikan pelatihan dan pendidikan bagi masyarakat. Bagi para guru, mahasiswa, dan masyarakat umum, Gong menerapkan cara konvensional, yaitu pelatihan menulis, kemudian penerbitan buku hasil karya mereka. ”Tahun ini sudah ada 20 buku lebih yang diterbitkan,” tutur pria kelahiran 1963 itu.

Untuk generasi milenial, dia mendorong anak-anak menggunakan media digital. Caranya dengan video kreatif tentang literasi. Setelah membaca buku, mereka akan menuangkan pemahaman melalui resume dalam bentuk video pendek yang ditayangkan di TikTok, Reels Instagram, dan YouTube. Mereka juga bisa membuat video pendek berisi pembacaan puisi.

SEMANGAT LITERASI: Gol A Gong bersama Manajer Gong Publishing Abdul Salam (kanan) serta relawan Rumah Dunia Setiawan Jodi (kiri) dan Rudi Rustiadi berdiskusi di pojok Perpustakaan Rumah Dunia, Serang, Banten. (MUHAMAD ALI/JAWA POS)

Gong pun menayangkan karya anak-anak muda itu di akun media sosialnya. Setelah ini, dia juga akan mendorong agar generasi milenial membuat buku digital. Dengan begitu, teknologi harus betul-betul dimaksimalkan untuk meningkatkan budaya literasi. ”Jaringan internet di sekolah harus bagus,” tegasnya.

Pendiri Rumah Dunia di Serang itu juga menggerakkan duta baca se-Indonesia untuk aktif meningkatkan budaya literasi. Pihaknya baru saja menerbitkan buku kumpulan tulisan dari para duta baca. Tulisan tersebut berisi pengalaman mereka selama menggerakkan budaya literasi. Jadi, duta baca tidak hanya pintar public speaking, tapi juga mahir menulis.

Gong berharap, dengan berbagai gerakan literasi yang dilakukan, akan muncul banyak penulis dan semakin banyak buku yang diterbitkan. Dengan ragam kata-kata bahasa Indonesia yang begitu kaya. Sebab, yang menjadi masalah sekarang bukan minat baca yang rendah, melainkan ketersediaan buku yang masih minim dan penulis yang masih sedikit.

Saat ini, kata dia, antrean membaca sangat panjang. Menurut Gong, satu buku bisa ditunggu puluhan ribu pembaca. Antusiasme masyarakat dalam meminjam buku sangat besar. Hal itu bisa dilihat di aplikasi iPusnas milik Perpusnas.

Editor : Ilham Safutra

Reporter : lum/c7/fal

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads