Tembok Kedai Kopi sampai Spanduk Kampanye pun Bisa Di-Kapitulis-kan

28 Oktober 2022, 17:42:35 WIB

Melestarikan Bahasa Indonesia lewat Rangkaian Kata-Kata

Di awal kemunculannya, Kapitulis lebih sering dianggap sebagai guyonan. Apalagi, Zarry Hendrik yang menjadi ikon Kapitulis dikenal suka melawak. Cuitannya di jagat Twitter pun lebih banyak berisi banyolan. Namun, siapa sangka, Kapitulis yang bertahan sampai sekarang adalah proyek serius dengan misi mulia.

ZARRY sedang bersemangat mempromosikan buku barunya pada 2019 itu. Karena itulah, lelaki kelahiran Jakarta tersebut juga sangat aktif di media sosial (medsos), khususnya Twitter. Untuk membangun keterikatan dengan para follower dan pembaca bukunya, dia pun kemudian membuat tantangan untuk dirinya sendiri. Dia meminta follower mengirimkan foto untuk kemudian dibikinkan takarirnya.

’’Tapi, sebenarnya, waktu itu ya ada keresahan juga pada caption-caption yang no caption gitu. Haha,’’ kata Zarry saat berbincang dengan Jawa Pos pada Rabu (26/10).

Interaksi seru lewat medsos itu membuat dia ketagihan. Selama beberapa waktu, dia terus menuliskan takarir untuk foto-foto follower-nya. Dari belasan, permintaan caption itu berlipat menjadi puluhan, ratusan, bahkan ribuan. Iseng-iseng, Zarry pun membisniskannya. Dia memasang tarif untuk takarir pesanan follower.

’’Awalnya asal aja ngasih harga Rp 50 ribu gitu. Eh, viral. Jadi kayak pionir, ada jasa bikin caption,’’ papar pria kelahiran April 1987 tersebut.

Jika semula Zarry berpikir bahwa memasang tarif akan sedikit mengerem laju pemesanan, dia salah besar. Pesanan tetap deras mengalir. Sebab, hampir semua pemesan puas dengan caption garapan Zarry. Bapak dua anak itu pun kewalahan. Dia lantas mengajak teman-teman sesama penulis untuk bergabung. Apalagi, pesanan yang masuk bukan lagi sekadar takarir, melainkan juga surat cinta, personal chat, quotes untuk kedai kopi, bahkan jargon kampanye.

Zarry kemudian membentuk tim perangkai kata. Tidak ada kriteria khusus untuk bergabung. Namun, founder Kapitulis itu menyesuaikan rekrutmen dengan kebutuhan. Misalnya, juru rangkai kata-kata romantis, kata-kata jenaka, atau kata-kata formal. Dengan demikian, semua pemesan terlayani dengan baik sesuai kebutuhan mereka.

Mulanya, Kapitulis memang mencuri perhatian lewat untaian kata berdiksi romantis. Padahal, Zarry tidak pernah membuat patokan tentang itu. Tidak harus romantis, apalagi puitis. Namun, sebagai penulis yang mencuri perhatian publik lewat tulisan-tulisan bernada galau, Zarry memang kemudian identik dengan kata-kata yang menyentuh. ’’Tapi, memang kami percaya sih, salah satu keindahan atau seni literasi ini datangnya dari sisi puitisnya juga,’’ ungkapnya.

Bertahan sampai sekarang sebagai penyedia jasa merangkai kata, Kapitulis sempat mengalami pasang surut. Namun, Zarry yang suka tantangan itu menggunakan masa-masa surut tersebut untuk bereksplorasi. Juga, menuntut ilmu. Tak ingin Kapitulis menjadi kerumunan perangkai kata yang tidak berkualitas, Zarry menggandeng Ivan Lanin.

SERIUS: Zarry Hendrik (kiri) bersama Ivan Lanin. Tim Kapitulis sering mendapatkan pembekalan tentang bahasa dari Ivan. (Zarry Hendrik untuk Jawa Pos)

Sebagai perangkai kata, kru Kapitulis wajib tahu ilmu dasar kebahasaan. Apalagi, produk mereka akan langsung bersinggungan dengan masyarakat. Zarry ingin Kapitulis membawa pengaruh baik. Khususnya dalam hal pelestarian bahasa Indonesia.

Kapitulis menggelar kelas khusus yang diisi Ivan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa seluruh kru. Zarry menyatakan bahwa Ivan menyuntikkan semangat dan kepercayaan diri dalam dosis yang tepat untuk para perangkai kata di Kapitulis. Ivan sendiri juga merupakan bagian dari Kapitulis. Dan, dia berperan sebagai perangkai kata yang lebih banyak bersentuhan dengan bidang formal.

’’Update kebahasaannya selalu ada. Kadang nggak perlu tatap muka, Ivan update apa gitu, itu bisa jadi edukasi,’’ terang Zarry. Agar tidak kelewatan informasi soal bahasa Indonesia dan tetek bengeknya dari Ivan, seluruh kru Kapitulis wajib follow Ivan di Twitter.

Zarry menambahkan bahwa Kapitulis punya modul khusus yang menjadi patokan para perangkai kata dalam timnya. Modul setebal 100 halaman itu berisi tentang ilmu dasar kebahasaan dan penulisannya. Ejaan, bentuk kata, susunan kata, sampai kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi saat menulis termaktub di sana.

’’Kalau perangkai Kapitulis sampai tidak bisa membedakan mana di yang harus digabung atau di yang dipisah, itu udah fatal sih. Jangan sampai,’’ pungkas penulis buku Terangkai Saat Dia Sedang Tidur itu.

KELIP KAPITULIS

1. Dibentuk pada Maret 2019

2. Diinisiatori Zarry Hendrik, Deva Mahenra, Kodratul Safti, dan Al Muhtadi

3. Beranggota para perangkai kata, desainer, ilustrator, pembuat video, aktor, pewara, komika, pemengaruh (influencer), dan pendengung (buzzer)

4. Menyediakan jasa merangkai kata dalam bentuk media gambar, siniar, dan video

5. Memiliki 2.785 pelanggan perorangan maupun perusahaan

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Editor : Ilham Safutra

Reporter : mia/c12/hep

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads