Akhir Ramadan lalu, Tim Riset Pengembangan Kendaraan Listrik Autonom Institut Teknologi Telkom Surabaya (ITTS) memamerkan truk listrik generasi kedua dari hasil penyempurnaan inovasi pertama.
NURUL KOMARIYAH, Surabaya
TRUK listrik generasi kedua yang digarap secara gotong royong oleh mahasiswa hingga dosen ITTS itu bisa dibilang merupakan versi yang lebih baik daripada inovasi truk listrik pertama. Pada versi pertama 2021, selain kapasitas baterai hanya 10 kw, gear box truk hanya memiliki satu gigi. Juga, belum dilengkapi bak pengangkut.
Kapasitas baterai dan kendali yang belum maksimal membuat performa truk listrik versi pertama kurang optimal. Sebab, truk itu hanya bisa melaju dalam lima putaran atau hanya sanggup menempuh jarak 1–2 kilometer.
’’Saat itu kami memang belum berpengalaman. Optimalisasi kontrol truk pun masih kesulitan,’’ ujar Rektor ITTS Tri Arief Sardjono yang turut menginisiasi inovasi truk listrik.
Evaluasi pun dilakukan demi penyempurnaan. Bagian persneling atau gear box dikembalikan seperti setting-an asli. Kapasitas baterai ditingkatkan menjadi 20 kw. Dengan begitu, jarak tempuh yang mampu dicapai truk listrik bisa dua kali lipat dari kemampuan semula. Jarak itu merupakan kemampuan truk saat melaju dengan bak yang disertai beban.
’’Kalau baknya dipasang dengan diisi beban, akan makan energi baterai sampai sepertiga dibanding tanpa boks dan beban. Total beban yang bisa diangkut bak truk mencapai 8 ton. Kalau di luar negeri, kapasitas baterai kendaraan listrik bisa sampai 200 kw karena memang daya baterai memegang peran sangat vital,’’ paparnya.
Doktor dalam bidang biomedical engineering technic dari University of Groningen, Belanda, itu mengatakan, waktu yang dibutuhkan tim untuk pengerjaan truk listrik versi kedua tersebut kurang lebih enam bulan. Mereka memanfaatkan truk lawas keluaran era ’90-an yang sudah lama mangkrak.
Truk jadul bertenaga diesel itu lantas dikonversi menjadi truk bertenaga listrik. Tangki solarnya diganti baterai. Mesinnya diganti motor, sementara elemen lain tinggal menyesuaikan kebutuhan.
Tri menuturkan, sebetulnya banyak truk diesel kecil hingga besar yang sudah tidak dipakai dan bisa dikonversi menjadi kendaraan hemat energi. Perusahaan angkutan yang punya truk bermasalah cenderung tidak membenahinya hingga tuntas karena alasan biaya.