Tidak sedikit kampung di Surabaya yang punya julukan-julukan unik. Ada yang hafal? Mulai Kampung Kue di Rungkut, Kampung Lawas Maspati di Bubutan, sampai Kampung Ningrat di Pegirian. Ada satu lagi yang tak boleh ketinggalan, Kampung Janda di Asemrowo.
DIMAS NUR APRIYANTO, Surabaya
BERBEDA dengan kampung-kampung lain yang biasanya di depan gang ada plakat dan bertulisan kata-kata sambutan. Selamat datang misalnya. Di depan gang Kampung Janda Asemrowo tidak ada plakat.
Selain tidak berplakat atau bergapura, tak pernah ada seremoni peresmian Kampung Janda dari pemkot. Sebutan Kampung Janda itu muncul dari masyarakat sekitar. Tentu karena banyak janda di sana.
Lokasinya berada di RT 9, RW 1. Gang kampungnya tidak jauh dari Polsek Asemrowo. Jaraknya mungkin sekitar 200–300 meter. Jawa Pos menemui Iiswati selaku ketua RT 9 beberapa waktu lalu.
Dari kejauhan, tangan kanan Iiswati tampak memegang pisau. Sementara itu, tangan kirinya menggenggam beberapa siung bawang putih. ”Selamat datang di kampung kami,” katanya, lalu meletakkan pisau dan bawang putihnya. Suaranya terdengar ceria dan renyah.
”Sebentar pakai kerudung dulu, sungkan wis tuwo (sudah tua, Red),” imbuhnya.
Sesekali, kedua tangannya membetulkan bagian atas kerudung hitamnya.
”Nggak melenceng ya,” tanya Iiswati kepada salah seorang tetangga yang kebetulan lagi duduk di depan rumahnya.
Iiswati menuturkan, di RT-nya ada 20 di antara 55 kepala keluarga (KK) yang single parent alias janda. Iiswati juga janda. Sejak krisis moneter pada 1998, suaminya meninggalkan rumah dan lari sama perempuan lain.