Lionel Messi di Rumah Yusuf, Belasan Ribu Kilometer dari Argentina
Jatuh hati pada Argentina sejak era Diego Maradona, Muhammad Yusuf mewujudkan cinta dan dukungan lewat cat serta perlengkapan rumah di sudut Sulawesi Barat. Kampung di kecamatan sebelah juga tak kalah fanatik, sampai menghelat konvoi menjelang Piala Dunia dibuka.
M. DANIAL, Polewali Mandar
—
RUMAH panggung berukuran sekitar 7 x 10 meter itu ’’semestinya” berada di Buenos Aires, Rosario, atau kota-kota di Argentina lainnya. Lihat saja cat yang menyelimutinya.
Dominan warna biru muda setrip putih. Dinding depan dan samping kanan-kiri rumah, tangga, dan pagar berwarna yang sama. Warna khas kostum tim nasional (timnas) Argentina, yang bersumber dari warna bendera negeri yang telah melahirkan dua mahabintang lapangan hijau itu: Diego Armando Maradona dan Lionel Messi.
’’Sejak dulu saya selalu (unggulkan) Argentina, sejak zaman Maradona,’’ ungkap Muhammad Yusuf, pemilik rumah, kepada Sulbar Express di kediamannya yang berada di Desa Karama, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), Rabu (30/11) pekan lalu.
Itu memang alasan kenapa ada ’’rumah Argentina” di sudut Sulawesi, belasan ribu kilometer jauhnya dari Buenos Aires, ibu kota negeri di ujung selatan Benua Amerika, tersebut. Momen Piala Dunia seperti sekarang wajib hukumnya bagi Yusuf menunjukkan cinta pada Albiceleste –maknanya putih dan biru langit, merujuk warna bendera dan kostum Argentina– yang dikomandani Lionel Messi.
Kebetulan, Nurmi, sang istri, mendukung penuh. Raju, putra mereka yang kebetulan tengah merintas jalan menjadi pesepak bola, juga mengidolakan Albiceleste.
Jadilah Yusuf tanpa resistansi ketika dia mulai membirumudakan eksterior dan interior kediamannya. Termasuk pula perabot dapur dan perlengkapan lain. Di antaranya, peralatan pertukangan.
Sementara pada bagian depan rumah, terlihat pernak-pernik Piala Dunia 2022. Ada pula poster pemain timnas Argentina serta puluhan bundaran kecil yang bertulisan negara peserta Piala Dunia 2022 di Qatar. Pada bubungan rumah, terlihat pula replika bola berukuran besar.
Kebetulan di Polman, pendukung Argentina banyak bertebaran. Di kecamatan tetangga, Balanipa, misalnya, ada Desa Pambusuang yang dikenal sebagai kampung penggila bola.
Beberapa jam sebelum Piala Dunia 2022 resmi dibuka di Doha, puluhan warga Pambusuang menaiki motor dan mobil, berkonvoi menyambut hajatan empat tahunan tersebut ke Wonomulyo, pusat kecamatan. Juga ke Tinambung, kecamatan sebelah. Di tengah kerumunan massa, pernak-pernik Argentina tampak mendominasi, selain Brasil dan Jerman.
Armaja, salah seorang warga senior Pambusuang, mengatakan, arak-arakan menyambut Piala Dunia itu mentradisi sejak Piala Dunia 1986. Tahun itu Piala Dunia dihelat di Meksiko dengan Argentina keluar sebagai juara dan Maradona menjadi otak permainan.
Di Pambusuang yang terletak 20 kilometer dari Mamuju, ibu kota Sulbar, banyak dinding atau tembok rumah yang sengaja pula dicat identik dengan ciri khas tim unggulan. Atau diwarnai lukisan dinding figur pemain idola. Nonton bareng juga dihelat di berbagai sudut desa.
Dalam satu rumah, bisa pula terpasang lebih dari satu bendera sebagai pertanda penghuninya punya unggulan berbeda di Piala Dunia 2022. ’’Dalam satu rumah belum tentu (penghuninya) sama unggulannya, makanya sama-sama memasang bendera tim yang diunggulkan. Tidak menjadi masalah, sudah biasa begitu, tapi saling menghargai,’’ jelas Armaja.
Yusuf mengaku memperbarui cat rumahnya setiap menjelang perhelatan sepak bola yang melibatkan Argentina di dalamnya, baik Piala Dunia maupun Copa America. ’’Saya suka Argentina karena selalu juara, apalagi ada anakku pemain sepak bola juga (suka Argentina),’’ ungkap Yusuf yang pada masa mudanya juga menjadi pemain Orion, klub lokal di Karama.
Argentina tentu tidak selalu juara, bahkan di Piala Dunia, sejak 1986 mereka tidak pernah angkat trofi lagi. Tahun lalu mereka memang juara Copa America, tapi itu gelar pertama bagi mereka sejak 1993.
Toh, Yusuf tidak peduli. Yang mengolok-olok cat rumahnya juga sebenarnya tidak sedikit, tapi Yusuf tak ambil pusing. Pria 45 tahun yang bekerja sebagai nelayan itu hanya menyesuaikan warna pagar yang dianjurkan pemerintah desa menjelang perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia.
Karena kegemarannya terhadap sepak bola, dalam momen Piala Dunia seperti sekarang, Yusuf pun harus mengatur waktu melaut agar dapat menyaksikan tim favoritnya berlaga di layar kaca. ’’Seperti sekarang, istirahat dulu (melaut) sampai Piala Dunia selesai,’’ jelasnya.
Karena kecintaan pasutri tersebut pada tim Argentina, Nurmi mengungkapkan, jika penghasilan melaut kurang menggembirakan, suaminya sampai rela berutang agar cat rumahnya bisa diperbarui sesuai warna tim kebanggaan. ’’Kalau kebetulan belum cukup uang untuk membeli cat, dia pinjam di penjual cat, nanti ada uang baru dibayar,” terang Nurmi, lantas tertawa.
Bahkan, saat menikahkan putranya tahun lalu, warna dekorasi pernikahan sengaja dibuat Yusuf bernuansa warna bendera Argentina. ’’Perlengkapan lain, termasuk perlengkapan hantaran yang dibawa ke perempuan, warnanya ada nuansa tim Argentina. Jalanan (depan rumah) juga dicat warna yang sama,’’ ungkap Nurmi.
Sang suami yang berada di sampingnya hanya tersenyum mengamini cerita tersebut. Tapi, bagaimana kalau sampai Argentina kalah? ’’Saya tidak mau berandai-andai. Pokoknya, saya yakin Messi dan tim Argentina bakal juara Piala Dunia tahun ini,” tegasnya.