Novan Effendy Populerkan Kembali Pamor Damar Kurung

3 Januari 2017, 18:05:00 WIB

Kepedulian Novan Effendy terhadap kelestarian damar kurung tidak sebatas kata-kata. Dia membuktikannya dengan menggagas festival dan workshop damar kurung. Kini sayapnya kian lebar dengan mendirikan Damar Kurung Institute.

NURUL KOMARIYAH

KEPEDULIAN dan kecintaan Novan Effendy terhadap damar kurung berawal dari sebuah keprihatinan. Gaung damar kurung yang dahulu dikenal di Indonesia semakin lama tak terdengar.

Kebiasaan memasang lentera damar kurung saat bulan puasa juga mulai sirna. Novan pun mencetuskan sebuah ide untuk membuat satu hal yang bisa mengangkat dan menghidupkan kembali Damar Kurung.

Pada 2012, dia mengajak kawan-kawannya yang tergabung dalam Asosiasi Souvenir Gresik (Asik) untuk mengadakan Festival Damar Kurung pertama di Kota Pudak.

Pada tahun perdana penyelenggaraan festival, Novan mengaku harus merugi hingga Rp 12 juta. ”Kondisi saat itu damar kurung kurang dikenal. Jadi kayak mbabat alas lagi. Mulai dari nol,” kata dia.

Setahun berselang, penyelenggaraan festival yang sama masih tetap merugi meski angkanya tak sebesar tahun pertama. Festival damar kurung kedua itu rugi Rp 8 juta.

Pada titik tersebut, Novan sempat berpikir. Merenung. Dia bertanya kepada diri sendiri. Jika ikon khas Gresik yang dahulu pernah begitu dikenal saja saat ini tidak bisa diorbitkan lagi, bagaimana motif kerajinan lainnya?

Bila mengingat hal itu, semangatnya kembali terlecut. Novan mulai merancang strategi. Dia menggandeng dan melibatkan berbagai komunitas pada festival ketiga, 2014.

”Waktu itu ada sepuluh komunitas di Gresik yang saya libatkan,” imbuh dia. Strategi tersebut terbukti cukup ampuh. Festival damar kurung mulai banyak dilirik.

Dua tahun terakhir, Novan malah melibatkan komunitas-komunitas dari luar kota seperti Surabaya dan Semarang. Tujuannya, festival tersebut kian meriah.

Sejak itu, pengunjung festival naik hingga 40 persen daripada tahun sebelumnya. ”Tahun lalu ada 5.000-an pengunjung selama festival tiga hari,” tuturnya.

Novan pun aktif mengadakan workshop damar kurung yang melibatkan siswa-siswa dari berbagai sekolah. Workshop itu tidak hanya dilakukan di Gresik.

Tetapi, juga di Surabaya, Semarang, dan Bandung. Hasil karya para siswa dalam workshop tersebut ikut ditampilkan pada saat festival tahunan.

”Dua tahun ini tidak ada sponsor. Masih bisa kami upayakan dari dana penjualan damar kurung. Kerugian-kerugian kecil juga tetap ada, tapi masih bisa ditutupi,” ungkapnya.

Jika festival damar kurung yang bersifat perayaan atau selebrasi rutin diadakan setiap tahun ketika Ramadan, mulai 18 April 2016, Novan membuat hal yang lebih besar.

Yakni, Damar Kurung Institute. Dia menuturkan, hal tersebut tidak luput dari banyaknya kunjungan tamu dan penelitian mengenai damar kurung sejak 2013.

Dia merasa butuh tempat khusus semacam galeri arsip dan ruang penelitian yang menyimpan berbagai data dan sejarah mengenai damar kurung.

Sejauh ini, arsip yang terkumpul berasal dari kolektor, galeri arsip di Jogjakarta, serta galeri nasional di Jakarta.

”Dinamakan institute karena memang goal-nya nanti sebagai tempat edukasi dan penelitian,” terang dia.

Wujud fisik Damar Kurung Institute direncanakan berdiri pada Maret mendatang. Ketertarikan banyak pihak pada damar kurung diakui Novan tidak lepas dari penyelenggaraan festival yang konsisten.

”Dampak festival yang kami selenggarakan lima tahun ini ternyata cukup besar,” ujar Novan. Yang tertarik pada damar kurung, antara lain, mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada 2016.

Tidak hanya meneliti, mereka juga membuat film animasi mengenai sejarah damar kurung.

Selain itu, yang terbaru dan masih berjalan sampai sekarang, penelitian mahasiswa UK Petra Surabaya mengenai peran perempuan pada cerita yang tertuang dalam gambar damar kurung.

”Tidak ada misi lain kami kecuali menghidupkan kembali damar kurung. Kalau hanya diapresiasi masyarakat Gresik saja, perkembangannya akan kurang,” katanya.

”Kami ingin mendorong supaya ini bisa diakui secara nasional. Bahkan, bisa jadi warisan seni budaya yang diakui UNESCO,” ungkapnya. (*/c6/ai/sep/JPG)

Editor : admin

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads
Novan Effendy Populerkan Kembali Pamor Damar Kurung