Senin, 5 Juni 2023

Antusias, Ada Yang Minta Divaksin meski Tak Dapat Undangan

- Jumat, 24 Maret 2023 | 13:04 WIB
PERTEBAL IMUNITAS: Ngairin, warga Desa Sentul, Pati, divaksin di balai desa setempat (20/3). (FERLYNDA PUTRI/JAWA POS)
PERTEBAL IMUNITAS: Ngairin, warga Desa Sentul, Pati, divaksin di balai desa setempat (20/3). (FERLYNDA PUTRI/JAWA POS)

Lintas Organisasi ke Lereng Gunung Muria, Pati, Memvaksin Kelompok Rentan


Vaksinasi Covid-19 inklusif di Pati mendatangi kawasan yang untuk ke puskesmas saja aksesnya sulit. Bentuk kewaspadaan terkait bakal tingginya mobilitas menjelang Lebaran.

FERLYNDA PUTRI, Pati

---

VAKSIN Covid-19 baru saja selesai disuntikkan dokter Endriyana ke Wagirah. Wajah nenek 80 tahun itu tampak semringah.

”Tidak pusing, Mbah?” tanya Jawa Pos kepada warga Desa Sentul, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, itu.

”Ndak. Ini tadi ndak minum obat, tapi tidak pusing,” jawab Wagirah yang girang karena bisa divaksin di rumah, tak perlu datang ke balai desa.

Pada Senin (20/3) lalu itu, Jawa Pos diundang mengikuti kegiatan vaksinasi Covid-19 inklusif yang diadakan Australia-Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP), Save the Children, dan Migrant Care. Program tersebut diimplementasikan di Jawa Tengah sejak Agustus tahun lalu. Sebanyak 855 vaksinasi Covid-19 inklusif diselenggarakan di 231 desa di Jawa Tengah dan telah menjangkau 74.394 orang. Di dalamnya termasuk 14.332 lansia, 797 penyandang disabilitas, 58.666 anggota keluarga prasejahtera, 1.426 orang yang tinggal jauh dari layanan kesehatan, serta kelompok rentan lainnya.

Di Sentul, yang menjadi sasaran ratusan warga kelompok rentan: lansia, difabel, dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Vaksinasi pada Senin lalu itu mampu menjaring sampai 309 orang. Itu melebihi target yang hanya 200 orang. Banyak warga yang bahkan memaksa ikut vaksinasi meski tidak mendapat undangan.

”Sejak kemarin (Minggu, 19/3, Red) ada yang datangi rumah saya untuk menanyakan apakah bisa ikut divaksin atau tidak,” ucap Kepala Desa Sentul Rubiati kepada Jawa Pos.

Salah satu pendorong antusiasme itu adalah trauma masa pandemi. Sebelum ada vaksin Covid-19 dan varian Delta tengah mengganas, banyak warga setempat yang meninggal.

”Itu karena komorbid juga,” kata Plt Kepala Puskesmas Cluwak Sunarto.

Mayoritas vaksin yang disuntikkan adalah booster pertama. Ngairin salah satunya.

”Kalau harus ke puskesmas cukup jauh dan (saya) tidak bisa naik kendaraan bermotor. Ini gratis dan dekat, jadi saya ikut,” ungkap pria 71 tahun itu yang divaksin di balai desa setempat.

Tidak semua warga bisa datang ke kantor desa. Bagi yang berkebutuhan khusus atau mobilitasnya sulit karena terlalu renta seperti Wagirah, petugas akan mendatangi ke rumah.

Kecamatan Cluwak, Kabupaten Muria, memiliki 13 desa dengan letak geografis yang tak mudah diakses karena berada di kaki Gunung Muria. Jarak Sentul dengan puskesmas kecamatan sekitar 6 kilometer dengan rute naik turun.

”Lansia dan difabel ini kesulitan kalau harus datang ke puskesmas. Karena itu, kami adakan vaksinasi massal atau door-to-door,” ujar Sunarto.

Bidan desa pun diminta untuk aktif dalam perkumpulan warga, misalnya arisan. Dengan begitu, sentra vaksinasi tidak hanya berada di puskesmas.

Kementerian Perhubungan memprediksi tahun ini ada 123,8 juta orang yang mudik. Pergerakan tersebut naik 14,2 persen jika dibandingkan dengan 2022. Presiden Joko Widodo melalui Sekretariat Kabinet pada 21 Maret lalu menyatakan bahwa kondisi Indonesia masih masa transisi dari pandemi menuju endemi sehingga perlu langkah yang hati-hati. Pernyataan tersebut tertuang pula dalam surat arahan larangan buka bersama yang ditandatangani Pramono Anung.

Jadi, kewaspadaan terhadap Covid-19 memang tetap diperlukan. Di Sentul, ada beberapa lansia yang mendapat vaksin booster kedua. Artinya, sudah lengkap.

Warga lain yang mendapat vaksin Covid-19 adalah Nawang. Dia adalah ODGJ yang didatangi tenaga kesehatan ke rumahnya untuk divaksin.

Rumahnya berada di lereng gunung yang jalannya cuma cukup satu mobil. Jika ada mobil dari arah berlawanan, salah satu harus mundur. Itu pun curam. ”Tidak ke sentra vaksin karena takut kalau tiba-tiba kambuh,” kata adik Nawang, Suri.

Saat divaksin, kondisi Nawang seperti orang kebanyakan. Dia dapat berkomunikasi. Sebab, dia habis minum obat dan terus dipantau kesehatannya oleh bidan desa.

Tapi, jika sedang kambuh, menurut Suri, kakaknya bisa saja memukuli orang. Karena itu, dia memilih agar Nawang divaksin di rumahnya. ”Ini vaksin ketiga,” katanya.

Media dan Brand Manager Save the Children Indonesia Dewi Sri Sumanah mengungkapkan, vaksinasi inklusif itu bertujuan untuk membuat lingkungan aman dari penularan Covid-19. Sebab, jika orang tua atau sekitar anak terpapar Covid-19, anak juga berisiko tertular.

Belum lagi banyak anak yang menjadi yatim atau piatu karena orang tuanya meninggal akibat Covid-19. ”Untuk itu, vaksinasi tetap dilakukan meski pemerintah telah mencabut PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat). Ini juga menjelang Lebaran, mobilitasnya pasti tinggi. Takutnya ada penularan,” ujarnya.

Peran berbagai pihak untuk mendorong vaksinasi Covid-19 mendapat apresiasi dari Subkoordinator Surveilans dan Imunisasi Dinkes Jateng Atin Suhesti. Dia menyatakan, peminat booster kedua ini semakin sedikit karena masyarakat merasa bahwa Covid-19 sekarang tak seganas dulu.

”Gejalanya hanya batuk-pilek,” ujarnya.

Karena itu, lanjut dia, program vaksinasi inklusif tersebut membuat warga sekitar bersemangat dan menunjukkan bahwa vaksinasi Covid-19 masih diperlukan. ”Bisa mengantisipasi mobilitas saat Lebaran,” imbuhnya.

Penularan Covid-19 yang masif sebelumnya memang disebabkan mobilitas manusia dalam jumlah yang besar. Masih adanya varian baru penyakit itu menandakan bahwa langkah waspada diperlukan agar Covid-19 tidak menggila seperti dulu.

Mereka yang berada di lereng Gunung Muria pun telah menyadari itu. Dan, itulah yang membuat para lansia seperti Ngairin dan Wagirah pun bersemangat disuntik.

Editor: Ilham Safutra

Tags

Terkini

Doddy Hernanto, Kreasikan Lukisan Menjadi QR Art

Selasa, 30 Mei 2023 | 07:45 WIB

Akademisi, Kecerdasan Buatan, dan Tahun Politik

Kamis, 25 Mei 2023 | 19:50 WIB
X