Detik-Detik yang Menyelamatkan Pemain Madura United Ricki Ariansyah
Kesaksian pemain Madura United Reva Adi Utama serta fisioterapis dan masseur klub tersebut, Marcelo Araujo dos Santos dan Remedy Gallan Putra, pada detik-detik ketika Ricki Ariansyah terkapar tak bergerak. Para pemain, kata Reva, wajib melek pengetahuan pertolongan pertama di lapangan.
FARID S. MAULANA, Surabaya-TAUFIQ ARDIANSYAH, Jakarta
---
BUKAN selebrasi di sisi kanan gawang PSIS Semarang itu yang menjadi perhatian Reva Adi Utama setelah Ricki Ariansyah membobol gawang tim tuan rumah tersebut. Melainkan kondisi sang pencetak gol kedua Madura United itu sendiri.
Gelandang kelahiran Medan, Sumatera Utara, 25 tahun lalu yang akrab disapa Rian itu terkapar tak bergerak di sisi kiri gawang PSIS. Sesaat sebelumnya, di laga Liga 1 yang berlangsung Selasa (7/3) sore lalu itu, dia sukses menyundul bola umpan Lulinha ke gawang lawan pada menit ke-92. Tapi, di saat bersamaan, pemain tuan rumah Farrel Arya Trisandika yang dalam posisi membelakangi Rian berusaha menghalau bola lambung tersebut.
Kaki Farrel tak pelak menghantam bagian dada dekat leher eks pemain Persita Tangerang itu. Di momen itulah, Reva yang berada cukup jauh di sisi kanan lapangan PSIS langsung berlari mendekati rekan setimnya tersebut.
’’Saya langsung spontan sprint ke Rian. Saya juga sudah tahu apa yang akan terjadi dan akan saya lakukan. Ini sudah kedua kali (saya lihat),’’ ungkap mantan bek kiri Persebaya Surabaya asal Makassar, Sulawesi Selatan, tersebut.
Ya, pada 2017, saat masih membela PSM Makassar, Reva menyaksikan bagaimana penyerang PSM Reinaldo da Costa pingsan setelah kepalanya disikut bek Perseru Serui M. Zaenuri di Stadion Marora. ’’Saya lihat tangan Rian sudah kaku. Matanya putih semua, mukanya tidak ada ekspresi,’’ kenangnya.
Dengan sigap Reva membuka mulut eks pemain Persijap Jepara itu dan mencoba menarik lidahnya. ’’Tidak ada obat lain memang, kita harus buat mulut korban menganga, lalu paksa tarik lidahnya. Itu langkah pertama yang harus dilakukan karena hanya ada 2–5 menit saja untuk penyelamatan,’’ terangnya.
Mantan pemain Persebaya itu mengaku tidak mudah ketika ingin menarik lidah Rian. Jarinya digigit. ’’Sakit sekali, hampir putus rasanya. Tapi tidak ada cara lain, mulutnya harus menganga, lidahnya ditarik agar oksigen bisa masuk,’’ ucapnya.
Reva menuturkan, setelah peristiwa Reinaldo pada 2017 lalu, dirinya memang banyak belajar soal pertolongan pertama di lapangan. Pemain 26 tahun itu bersyukur ilmunya tersebut terpakai pada Selasa sore di Stadion Jatidiri, Semarang, itu.
Mantan pemain PSS Sleman tersebut mengaku baru lega ketika Rian diangkat ke ambulans. Saat itu, dia melihat rekan setimnya tersebut sudah bergerak. Sudah memeluk fisioterapis Madura United Marcelo Araujo dos Santos yang juga ada di dekatnya pada detik-detik yang menegangkan itu.
’’Detak jantungnya juga sudah di angka 98. Saya bersyukur Allah masih beri kesempatan Rian hidup, bisa melihat anaknya tumbuh besar,’’ katanya.
Marcelo mengungkapkan, kondisi Rian memang tak sadarkan diri. Karena itu, dia langsung mencoba memiringkan tubuh Rian agar lidahnya tidak tertelan lagi. ’’Agar kami bisa amankan dia lebih baik lagi,’’ paparnya. ’’Setelah itu baru kami bawa ke ambulans untuk ke rumah sakit,’’ lanjut pria Brasil tersebut.
Head of Medical Division Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) Donny Kurniawan menyatakan, penting bagi tim medis, baik medis tim yang bertanding maupun panitia pelaksana (panpel) pertandingan, memahami tanda-tanda concussion (gegar kepala). Jika itu terjadi, perlu pertolongan cepat dan tepat.
’’Dalam standar medis FIFA, sudah dijelaskan perincian peralatan standar yang dibutuhkan dan mekanisme transfer dalam melaksanakan pertolongan medis pertandingan sepak bola. Semoga hal ini dapat dipatuhi oleh setiap klub dan panpel yang bertanding,’’ ujar mantan dokter tim Persija Jakarta itu kepada Jawa Pos.
Alfan Nur Asyhar, mantan kepala satuan tugas (Kasatgas) protokol kesehatan (prokes) PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang kini bertugas sebagai medical officer di local organizing committee Piala Dunia U-20 2023 Indonesia, menambahkan, tim medis seharusnya memahami pertolongan pertama jika terjadi insiden dalam sebuah pertandingan. ’’Apalagi, pengetahuan mengenai hal itu sering dibahas dalam lokakarya terkait,” katanya.
Marcelo mengaku sedikit kecewa dengan respons yang ada saat kejadian. Untuk pemain dan beberapa steward di lapangan, ketika tahu Rian tidak sadarkan diri, seharusnya menjauh untuk memberi ruang kepada korban. ’’Banyak orang di situ, oksigen susah didapat,’’ bebernya.
Kekecewaan lain Marcelo ada pada tim medis yang bertugas di lapangan. Di dalam ambulans, kelengkapan untuk pertolongan pertama tidak lengkap.
Masseur Madura United Remedy Gallan Putra yang juga berada dekat Rian mengeluhkan pula peralatan medis di lapangan yang tidak lengkap. ’’Ketika Marcelo minta oksigen, respons teman-teman medis di tuan rumah sangat lambat dan lama datang. Ketika sudah datang, slang oksigennya tidak ada dan harus menunggu dulu,’’ ungkapnya.
Rian sendiri, kata Marcelo, kemarin sudah bisa diajak bicara. Bahkan merespons apa yang ditanyakan dengan baik. Tapi, pemain yang mengawali karier di Pro Duta itu masih harus dirawat sambil menunggu hasil dari CT-scan-nya lengkap.
Selasa malam setelah pertandingan, Farrel juga langsung menjenguk Rian ke rumah sakit. Penyerang 18 tahun itu meminta maaf kepada Rian karena tidak sengaja melakukan tendangan yang kemudian mengakibatkan dia kolaps. ’’Tidak ada unsur kesengajaan dalam benturan itu. Semoga Bang Rian segera sembuh,’’ harapnya.
Marcelo berharap PSSI dan PT Liga Indonesia Baru memberikan perhatian yang penuh untuk keselamatan pemain. Peralatan medis di lapangan harus lengkap. ’’Kalau ada peristiwa seperti itu harus lengkap untuk hadapi masalah yang ada,’’ ujarnya.
Para pemain, tambah Reva, juga harus melek soal pertolongan pertama di lapangan. ’’Begitu pula federasi. Tim medis di lapangan pun harus mumpuni karena dalam kondisi seperti yang dialami Rian butuh penanganan sangat cepat,” ucapnya.
---

-
MOMEN-MOMEN YANG MENGANCAM NYAWA DI LIGA 1 SEJAK 2017
LIGA 1 2017
- Aji Saka (Gresik United)
Aji Saka diselamatkan oleh Cristian Gonzales setelah mengalami lidah tertelan usai kepalanya membentur tiang gawang.
- Reinaldo da Costa (PSM Makassar)
Sempat kejang-kejang dan pingsan setelah kepalanya disikut pemain Perseru Serui M. Zaenuri. Penanganan cepat tim medis PSM menyelamatkan pemain asal Australia itu.
LIGA 1 2018
- Hendro Siswanto (Arema FC)
Hendro Siswanto sempat kolaps di lapangan ketika berbenturan dengan pemain Persipura Jayapura Imanuel Wanggai. Tim medis langsung melakukan pertolongan agar lidah Hendro tidak tertelan.
- Andri Muliadi (Persebaya Surabaya)
Andri terkapar setelah berbenturan dengan pemain Bhayangkara FC Dendy Sulistyawan. Tim medis kedua tim berhasil melakukan pertolongan pertama dengan cepat.
LIGA 1 2019
- M. Ridho (Madura United)
Ridho berbenturan dengan pemain PSM Eero Markkanen. Sempat melanjutkan laga, beberapa saat kemudian dia terjatuh di lapangan dan sempat tidak sadarkan diri serta harus dilarikan ke rumah sakit.
LIGA 1 2022
- Adi Satryo (Persik Kediri)
Kepala Adi terkena tendangan pemain Borneo FC Kei Hirose setelah gagal menangkap bola. Dia langsung dilarikan ke rumah sakit setelah pingsan.
Reportase Jawa Pos
---
KALAU PENYEBABNYA BENTURAN, LAKUKAN CARA BERIKUT:
- Cek kesadaran
- Lakukan primary survey dengan minimal melakukan ABC
A: Airway: Jalan napas harus aman, biasanya kita lakukan jaw thrust maneuver untuk meluruskan tenggorokan dan membuka rahang. Bila ada sumbatan, harus segera dibersihkan.
B: Breathing: Apakah napasnya spontan atau terganggu. Kalau perlu bantuan, tinggal kasih bantuan napas.
C: Circulation: Cek denyut jantung. Kalau tidak ada, langsung lakukan CPR (pernapasan buatan).
- Setelah itu, stabilkan tulang leher dan tulang belakang, kasih support oksigen, baru transpor dengan ambulans ke UGD.
Sumber: Nanang Tri Wahyudi, dokter tim Arema FC