Minggu, 2 April 2023

Dedikasi Sujarwanto di Bidang Pendidikan Luar Biasa

- Sabtu, 4 Februari 2023 | 07:48 WIB
GURU BESAR YANG MENGABDI: Prof Dr Sujarwanto ketika berada di kantornya kemarin. Dia banyak mendampingi dan meneliti pe n ya ndang disabilitas. (Retno Dyah/Jawa Pos)
GURU BESAR YANG MENGABDI: Prof Dr Sujarwanto ketika berada di kantornya kemarin. Dia banyak mendampingi dan meneliti pe n ya ndang disabilitas. (Retno Dyah/Jawa Pos)

Prof Dr Sujarwanto MPd mulai peka terhadap isu difabel sejak masih remaja. Passion itu tak berubah hingga kini. Deretan karya buku hingga produk didedikasikan untuk membantu pendidikan penyandang disabilitas.

RETNO DYAH AGUSTINA, Surabaya

DALAM satu tahun, karya yang dibuat Sujarwanto atau yang akrab disapa Pak Jar cukup banyak. Minimal satu buku pasti lahir dari tangannya tiap tahun. ”Itu kalau sibuk sekali, kemarin kan sempat jadi pembantu rektor juga,” ucap wakil rektor IV Universitas Negeri Surabaya periode 2018–2022 itu.

Jika tidak terlalu sibuk, dua buku dan beberapa karya program bisa juga diselesaikan dalam setahun.

Salah satu proyek yang dikerjakan Pak Jar saat ini adalah penggunaan virtual reality (VR) untuk terapi anak dengan cerebral palsy (CP).

Lewat VR, Pak Jar ingin membangun dunia yang menarik untuk mendorong anak-anak berlatih. ”Kami akui program Bina Gerak untuk anak dengan CP ini biayanya cukup mahal,” ucapnya.

Begitu pula di sekolah. Hanya beberapa sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi Bina Gerak yang mumpuni.

Masalah aksesibilitas itulah yang mendorong Pak Jar untuk mengembangkan program VR. Dengan alat headset VR yang sudah diisi program latihan, anak dengan CP diharapkan bisa berlatih kapan saja, di mana saja.

”Jadi, orang tua bisa membantu aktif tanpa harus ada pelatihan khusus,” ucapnya saat ditemui di Kampus Unesa Lidah Wetan, Selasa (31/1).

Program yang dibangun berisi aktivitas kontrol kepala, kontrol badan, hingga motorik kasar. ”Paling simpel, mereka diminta menangkap bola atau melempar bola lewat gambaran dan perintah audio di dalam VR,” paparnya.

Otot pada tangan, kaki, dan tubuh mereka dilatih perlahan agar kelemahan otot bisa dihindari. Pengembangan itu jadi salah satu idenya untuk memanfaatkan teknologi. Sembari memperbaiki fasilitas bagi difabel, dunia pembelajaran seharusnya turut memanfaatkan kemudahan teknologi yang ada.

Pak Jar juga menjadi inisiator Pusat Studi dan Layanan Penyandang Disabilitas Universitas Negeri Surabaya (PSLPD Unesa). Kelahiran lembaga tersebut muncul dari kegusaran pria asal Sragen itu terhadap kebutuhan mahasiswa difabel.

”Kalau bicara data, beasiswa untuk mahasiswa difabel di Unesa itu ada kuota sampai 20 orang per tahun. Tapi, yang terjaring tidak sampai segitu,” jelasnya.

Program pendidikan maupun pembangunan lingkungan ramah disabilitas seharusnya bisa mendorong anak-anak difabel mengenyam pendidikan tinggi sesuai kemampuannya. ”Yang secara intelektual tinggi seharusnya bisa sekolah sampai S-3. Tapi, bagi yang kemampuan intelektual bukan unggulan, bisa kok dilatih secara vokasional,” paparnya.

Jadi, difabel bisa berdaya dan tak harus bergantung pada orang tua atau keluarga.

Pak Jar juga percaya bahwa hidupnya yang menyenangkan hingga saat ini adalah buah doa dari anak-anak difabel yang ditemuinya selama ini.

”Meski kata-katanya mungkin tidak terdengar oleh kita, doanya pasti baik untuk orang yang baik dengan mereka,” ungkapnya.

Editor: Dhimas Ginanjar

Tags

Terkini

Fenomena Siswa SD Nyambi Jualan di Banyuwangi

Senin, 27 Maret 2023 | 16:07 WIB
X