Minggu, 2 April 2023

Perjalanan 44 Tahun Prof Paul L. Tahalele sebagai Ahli Bedah Toraks-2

- Jumat, 27 Januari 2023 | 07:48 WIB
BERJASA: Prof Paul L. Tahalele berpidato di podium saat peluncuran buku bedah toraks di aula Fakultas Kedokteran Unair, Kampus A Surabaya, Selasa (24/1). (Robertus Risky/Jawa Pos)
BERJASA: Prof Paul L. Tahalele berpidato di podium saat peluncuran buku bedah toraks di aula Fakultas Kedokteran Unair, Kampus A Surabaya, Selasa (24/1). (Robertus Risky/Jawa Pos)

Segudang pengalaman klinis Prof dr Paul L. Tahalele SpB SpBTKV (K) VE telah membawa banyak manfaat bagi para pasien sekaligus anak didiknya. Dia juga dikenal sebagai penemu Tahalele’s method untuk kasus tumor/kanker dinding toraks.

SEPTINDA AYU PRAMITASARI, Surabaya

SEJAK kepulangannya dari Jerman pada 1985, Prof dr Paul L. Tahalele SpB SpBTKV (K) VE semakin aktif dalam menangani kasus-kasus berat. Khususnya, tumor/kanker dinding toraks. Laki-laki yang akan berulang tahun ke-75 pada 4 Maret itu melakukan rekonstruksi dinding toraks dengan menggunakan Tahalele’s method.

Teknik rekonstruksi dinding toraks Tahalele’s method tersebut berhasil menangani kasus tumor ganas sekunder atau metastasis yang masih terisolasi setempat (isolated tumor).

’’Saya menggunakan teknik Tahalele’s method ini untuk semua tumor ganas dinding toraks, tumor otot atau jaringan lunak dinding toraks yang isolated atau belum terjadi metastasis jauh ke otak, paru, liver, dan lain-lain,” katanya kepada Jawa Pos saat bedah buku Bedah Toraks; Pengalaman Klinis 44 Tahun di aula Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair).

Banyak kasus tumor/kanker dinding toraks yang berhasil ditangani Paul dengan menggunakan teknik Tahalele’s method tersebut. Hingga akhirnya, sejak 1986, Paul terus mengembangkan teknik tersebut pada kasus-kasus tumor/kanker dinding toraks.

’’Tetapi, resmi dipublikasi dengan nama Tahalele’s method ini sekitar 2000,” ujar laki-laki yang pernah menyabet penghargaan Satyalancana Karya Sapta dari Presiden RI B.J. Habibie pada 1999 dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2010 itu.

Teknik rekonstruksi dinding toraks yang dikembangkan Paul di Indonesia sejak 1986 itu memiliki kelebihan khusus. Yakni, biaya yang tidak mahal, alat operasi yang mudah didapat dan sederhana, serta dapat dilakukan di negara berkembang dengan fasilitas/alat operasi yang terbatas.

’’Selain itu, teknik ini kolaborasi multidisiplin ilmu kedokteran,” kata ketua umum PP Himpunan Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular Indonesia (HBTKVI) itu.

Paul menuturkan, ide teknik operasi Tahalele’s method yang dikembangkan terinspirasi oleh Prof Robert Hacker pada 1983 di Erlangen, Jerman. Pada saat Paul sedang mengambil studi subspesialisasi bedah toraks kardiovaskular.

’’Dari pengalaman itu, saya mengembangkan ide dengan melakukan rekonstruksi dinding toraks pada semua kasus tumor jinak maupun ganas dinding toraks dengan defect besar,” ujarnya.

Sejak 1986 hingga 2015, lanjut dia, telah dikerjakan 106 tindakan rekonstruksi dinding toraks di RSUD dr Soetomo. Teknik rekonstruksi dinding toraks Tahalele’s method tersebut juga telah mendapatkan pengakuan dari Kementerian Hukum dan HAM pada 2011. Selain itu, instrumen dan material rekonstruksi dinding toraks Tahalele’s method mendapatkan sertifikat hak kekayaan intelektual (HKI).

Waktu 44 tahun bukan waktu yang sebentar. Paul pun menyadarinya. Namun, sekarang Paul bisa lebih lega. Sebab, pengalamannya menjadi dokter bedah toraks dan kardiovaskular bisa membawa kebaikan. Kini, perjalanan 44 tahun itu telah diabadikan lewat buku setebal 500 halaman.

Editor: Dhimas Ginanjar

Tags

Terkini

Fenomena Siswa SD Nyambi Jualan di Banyuwangi

Senin, 27 Maret 2023 | 16:07 WIB
X