Minggu, 2 April 2023

Filosofi Ukiran Gebyok Makam Sunan Prapen yang Berusia Ratusan Tahun

- Sabtu, 1 Juli 2017 | 11:03 WIB
CERITA: Khairil (kanan) menerjemahkan salah satu panel bergambar paksi nagaliman di gebyok makam Sunan Prapen yang sebelumnya dipakai di makam Sunan Giri.
CERITA: Khairil (kanan) menerjemahkan salah satu panel bergambar paksi nagaliman di gebyok makam Sunan Prapen yang sebelumnya dipakai di makam Sunan Giri.


Gebyok pada cungkup makam Sunan Prapen menyimpan cerita sejarah. Selain pernah dipakai di makam Sunan Giri, ukiran di gebyok kayu itu sarat makna dan filosofi. Terutama nilai toleransi dan keberagaman.





ARIF ADI WIJAYA





LOKASI makam Sunan Prapen tidak jauh dari makam Sunan Giri. Hanya sekitar 200 meter. Untuk mencapai makam, kita harus menaiki 33 anak tangga. Di atas bukit, terdapat tiga makam besar. Dua makam berbahan batu kapur putih adalah makam Panembahan Kawis Guwo dan Panembahan Agung. Keduanya merupakan pemimpin Giri Kedaton setelah Sunan Prapen. Yang paling kanan adalah makam Sunan Prapen.



Makam tersebut ditutupi gebyok kayu. Gebyok kayu itu berukuran 9 x 6 meter dan diperkirakan ada sejak 1506 Masehi. Tepat setelah Sunan Giri meninggal. ’’Dulu sempat di sini (makam Sunan Giri, Red),’’ kata Achmad Shobirin, wakil ketua Yayasan Makam Sunan Giri.



Menurut Shobirin, pada masa Sunan Prapen, gebyok tersebut diganti dengan yang baru. Hadiah dari raja di Palembang. Namun, Sunan Prapen tidak berani membuang gebyok yang lama. ’’Akhirnya disimpan di bukit Desa Klangonan. Setelah Sunan Prapen meninggal, barulah gebyok itu dipakai,’’ jelasnya.

Halaman:

Editor: Suryo Eko Prasetyo

Tags

Terkini

Fenomena Siswa SD Nyambi Jualan di Banyuwangi

Senin, 27 Maret 2023 | 16:07 WIB
X