Berawal dari teman satu angkatan di kampus, LZY VISUAL terbentuk. Proyek yang semula dikerjakan iseng itu kini berbuah manis. Nama LZY VISUAL sudah dikenal banyak EO yang membutuhkan sentuhan video mapping di setiap acara. Dikenal karena profesional.
EDI SUSILO, Surabaya
ALUNAN musik dangdut yang dinyanyikan Nella Kharisma terdengar syahdu dari selasar rumah di Jalan Pandugo Baru XII Nomor 29, Penjaringan Sari, Rungkut, Rabu (30/10). Suara tersebut berasal dari speaker milik salah seorang pemuda yang duduk menghadap laptop.
Di ruangan itu, dia tidak sendiri. Ada lima pemuda sepantaran yang duduk di meja persegi panjang. Masing-masing menghadap laptop dan komputer. Khusus memandangi layar dan tenggelam dalam pekerjaan masing-masing.
Di ruangan lain, di sebuah kamar yang disulap menjadi studio, Dwi Prasetyo juga tengah tekun menghadap laptop. Di sebelahnya, berserakan beberapa kertas HVS bergambar aneka biota laut. Sebagian gambar sudah diwarnai dengan krayon. ”Ini sedang kerjakan proyek pesanan dari Blitar,” ucap Eng, sapaan akrab Dwi Prasetyo, kepada Jawa Pos kemarin. Proyek tersebut berupa video interaktif yang dipesan sebuah wahana bermain.
Gambar biota laut yang sudah diwarnai tersebut nanti di-scan. Setelah itu, gambar berwarna tersebut akan muncul di dinding yang sudah disinari cahaya proyektor. Gambar biota lain yang semula mati akan dibuat bergerak. Berenang seperti di dalam lautan Proyek video interaktif itu masuk tahap finishing. Sudah dua bulan tim yang tergabung dalam LZY VISUAL bekerja untuk proyek permanen tersebut. ”Sebelum nanti digunakan, kami tes di lokasi. Karena proyek ini akan dipakai terus-menerus. Sesuai jam buka-tutup wahana,” terang Eng yang menjadi konseptor dalam proyek tersebut.
Tahun ini LZY VISUAL memang sedang ramai order. Sebelum proyek di Blitar, tim yang digawangi lima sekawan Akbar M. Sugianto, Dwi Prasetyo, Esa Perkasa Novesada, M. Edo Barrudy, dan Tedi Mursalat Farqo itu sukses membuat video mapping di Pesta Rakyat yang dilaksanakan Pemprov Jatim pada 13 Oktober lalu.
Video mapping bertema Nawa Bhakti Satya itu membuat Gedung Negara Grahadi bercahaya dan artistik selama delapan menit. Tembakan cahaya dari tujuh proyektor ke gedung warisan kolonial tersebut membuat ribuan pengunjung berdecak kagum.
Persiapan untuk mengonsep video mapping di Gedung Grahadi tidak mudah. Mereka membutuhkan waktu sekitar tiga minggu untuk mengerjakan proyek itu. Selain bentuk gedung yang lebar, banyaknya kolom di bangunan tersebut membuat tim harus bekerja ekstra.
”Soal lainnya, di Grahadi memang belum ada ukuran dan peta bidang bangunannya. Karena itu, kami harus mengukur sendiri,” ucap CEO LZY VISUAL Akbar M. Sugianto seraya tersenyum. Di video mapping Grahadi, untuk membuat tampilan gedung yang memukau, mereka membutuhkan proyektor dengan kemampuan 8.000–22.000 lumens.
”Semakin besar objeknya. Maka, dibutuhkan lumens lebih besar,” ucap Akbar. Lumens merupakan kekuatan cahaya yang dihasilkan proyektor. Semakin tinggi, cahaya yang ditembakkan ke media semakin tajam.
Proyek demi proyek yang terus mengalir ke LZY VISUAL tidak terlepas dari kemampuan mereka mempertahankan kualitas. Meski ramai order, mereka tidak menarget jumlah proyek dalam sebulan. ”Kami tetap pertahankan kualitas,” ucap lelaki kelahiran 28 April 1994 itu.
Kini selain terus mengerjakan beberapa proyek, LZY VISUAL punya kegiatan bertema sharing. Ya, mereka mengisi beberapa seminar dan workshop. Mereka mengenalkan mengenai video mapping kepada khalayak.
Setahun belakangan, mereka juga merambah ke kanal media sosial YouTube. Di laman itu, mereka sharing dan membagikan step-by-step cara merancang sebuah video mapping. Semua itu mereka lakukan agar ke depan banyak pemuda dan kreator yang tertarik pada video mapping.
Apakah sharing tersebut tidak membuat mereka tersaingi kelak? Akbar hanya tertawa. Dia menyebut justru mereka ingin ada tim visual event dan video mapping di Surabaya. Semakin banyak semakin baik. Sebab, akan tercipta iklim yang kompetitif.
”Nanti kalau ada banyak kreator yang bergerak di bidang ini, kami justru tambah senang,” ucapnya. Dengan banyak tim, kolaborasi antarkreator semakin banyak. Hasilnya pun untuk industri kreatif semakin baik.
Akbar mengatakan, dulu LZY VISUAL sebenarnya adalah proyek iseng. Dia mendirikannya bersama kawan-kawan mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Saking isengnya, nama proyek pun mereka buat dari kata ngasal. LZY sebenarnya adalah pelesetan dari lazy dalam bahasa Inggris. Kata malas dipilih karena memang proyek dikerjakan secara iseng. ”Mulanya acara internal kampus. Kemudian, berkembang ke proyek luar. Swasta atau pemerintahan,” katanya.
LZY VISUAL juga mendapatkan beberapa penghargaan di festival video mapping internasional. Di antaranya, sebagai finalis di 1 Minute Projection Mapping 2018 di Nagasaki, Jepang, dan juara III di LIGHTUP Fest 2017 di Lasi, Rumania.
Kini tim yang dikerjakan anak-anak muda berusia kurang dari seperempat abad itu terus berkembang. Mereka sudah bisa membayar beberapa tenaga freelance yang mayoritas fresh graduate kampus untuk bergabung.
Penghasilan mereka pun lumayan. Akbar sambil malu-malu mengatakan, mereka pernah mengerjakan proyek dengan biaya Rp 500 juta. Proyek itu dikerjakan dengan persiapan hanya satu bulan. ”Ya alhamdulillah, bisa cukup,” jelasnya. (*/c6/tia)