Ikhtiar Tak Putus Para Orang Tua yang Anaknya Terlahir Kembar Siam

Ajari Menerima Perbedaan, Tidak Perlu Minder
1 Januari 2023, 13:13:50 WIB

Ai Dewi Putri Ningsih dan Ai Putri Anugrah tak terpisahkan. Dua bocah 9 tahun asal Garut, Jawa Barat, itu dempet pada bagian perut. Di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, kini Annaya Rizka Ramadhani dan Innaya Rizka Ramadhani menjalani hidup sebagai individu terpisah. Tumbuh kembang mereka sebagai kanak-kanak amat menggembirakan.

DEWI dan Putri tidak pernah menyerah pada keadaan. Semangat yang Jawa Pos lihat saat kali terakhir berjumpa mereka pada akhir 2021 masih menyala-nyala Kamis (29/12) lalu. Keduanya masih tetap ceria dan optimistis menghadapi masa depan. Saat ini buah hati Iwan Kurniawan itu duduk di bangku kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Tegal Panjang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Libur semester gasal tahun ini dimanfaatkan Dewi dan Putri untuk kontrol ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. ”Karena masih mengeluh sakit di bagian pinggang,” ungkap Iwan. Sejak dua tahun lalu, dia menjadi orang tua tunggal. Yani, sang istri sekaligus ibu si kembar, berpulang untuk selamanya.

Sehari-hari Iwan adalah ayah sekaligus ibu bagi Dewi dan Putri. Selain bekerja, dia juga merawat anak kembarnya. Mulai memandikan sampai mengantar dan menjemput sekolah. Iwan pulalah yang menjadi teman bermain sekaligus teman belajar bagi Dewi dan Putri.

Iwan sadar betul bahwa Dewi dan Putri tidak sama dengan anak-anak yang lain. Namun, mereka melewati proses tumbuh kembang laiknya anak-anak yang normal. Karena itu, sejak dini Iwan dan mendiang istrinya menyiapkan mental anak-anaknya agar tidak rendah diri. Maka, sejak kecil, Dewi dan Putri diajarkan untuk membaur dengan teman-temannya. Baik di lingkungan rumah maupun sekolah.

Saat ini Dewi dan Putri sedang sangat suka menyanyi. Sebagai orang tua, Iwan berupaya sebaik-baiknya mencukupi kebutuhan mereka. ”Sekarang saya lagi cari-cari tempat kursus nyanyi. Saya ingin mengembangkan bakat mereka,” ungkapnya. Menurut dia, minat Dewi dan Putri pada musik jauh lebih menonjol ketimbang ketertarikan mereka pada hal-hal lain.

Berkat Iwan, Dewi dan Putri menjadi anak-anak yang memiliki rasa percaya diri tinggi. Selain pandai bergaul, mereka juga tidak canggung berada di tengah lingkungan baru. Sebab, Iwan sering mengajak mereka mengunjungi tempat umum seperti tempat wisata sejak kecil. Itu membuat Dewi dan Putri mampu berinteraksi dengan banyak orang dalam berbagai suasana.

Dewi dan Putri adalah anak-anak yang gemar bercerita. Karena rasa ingin tahu mereka yang tinggi, keduanya sangat suka bertanya dan menggali pengetahuan. Sebagai orang tua modern, Iwan pun mulai mengenalkan anak-anaknya pada gawai. Mereka diajarkan untuk mencari tahu tentang banyak hal lewat internet.

Pandemi Covid-19 memang membuat Dewi dan Putri yang lahir pada 29 Oktober 2013 akrab dengan gawai. Seperti anak-anak Indonesia yang lain, mereka pun sempat menikmati sekolah daring karena pembatasan mobilitas. Bagi Dewi dan Putri yang banyak bergantung pada kursi roda khusus untuk beraktivitas, sekolah tatap muka sedikit lebih merepotkan. Tapi, mereka menyukainya karena bisa bertemu lagi dengan teman-teman sebaya.

Iwan menduga sakit pinggang yang dirasakan Dewi dan Putri sehingga mereka harus memeriksakan kesehatan ke RSHS itu dipicu sekolah tatap muka. Tepatnya, akibat terlalu lama duduk di dalam kelas. Karena itu, mumpung libur sekolah, Iwan mengajak Dewi dan Putri kontrol untuk memastikan kondisi kesehatan mereka. ”Kalau bisa, ya langsung pulang pergi. Tapi, kalau harus inap, ya menginap di Bandung,” jelasnya.

Editor : Ilham Safutra

Reporter : syn/c6/hep

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads