JawaPos.com – Bank Indonesia (BI) menyebut, sistem pembayaran digital menjadi salah satu materi yang akan dibahas dalam pertemuan KTT G-20 tahun depan di Indonesia. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pembahasan terkait digitalisasi menjadi penting untuk perekonomian nasional.
Menurutnya, pandemi membuat laju digitalisasi semakin cepat di semua negara, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama mengenai digitalisasi sistem pembayaran antarnegara. Kemudian, hal ini akan terus didorong yang disebut cross-border payment.
“Agar ke depan mengenai sistem pembayaran secara luas bisa kemudian mengatasi berbagai permasalahan,” ujarnya, dalam Konferensi Pers G-20, Selasa (14/9).
Perry memaparkan, hadirnya sistem digitalisasi pembayaran diharapkan dapat menurunkan biaya, mempercepat serta memperluas akses, termasuk praktik-praktik pasar yang baik. Hal ini akan berdampak pada digitalisasi ekonomi.
Ia melanjutkan lebih jauh, untuk mewujudkan digitalisasi tersebut BI berinisiatif mengeluarkan Central Bank Digital Currency (CBDC), termasuk rencana Indonesia untuk menerbitkan rupiah digital menjadi alat pembayaran yang sah dari suatu negara.
“Ada tiga hal yang ini akan dibahas satu adalah bagaimana CBDC atau Central Bank Digital Currency itu menjadi alat pembayaran yang sah dari suatu negara. Ada negara yg menerbitkan sendiri ada negara yang pemerintahnya bekerja sama dengan swasta,” jelasnya.