JawaPos.com – Harga minyak mentah dunia turun 2 persen lebih rendah pada Selasa (11/10) kemarin. Penurunan ini terjadi imbas kekhawatiran terjadinya penurunan permintaan di tengah ancaman resesi dan penguatan dolar.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) diketahui akan mengumumkan inflasi pada Kamis (13/10) dan diproyeksikan bakal memicu keputusan The Fed atau Bank Sentral AS untuk menaikan suku bunga acuan.
Mengutip Reuters, minyak mentah Brent turun 2 persen menjadi USD 94,29 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2 persen menjadi USD 89,35 per barel.
Minyak juga berada di bawah tekanan dari dolar yang kuat, bahkan mencapai tertinggi di tengah kekhawatiran sol kenaikan suku bunga dan eskalasi perang Ukraina-Rusia. Dolar yang kuat membuat minyak lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.
Namun, kerugian dibatasi oleh pasar yang ketat dan keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, untuk menurunkan target produksi mereka sebesar 2 juta barel per hari.
Sebelumnya, pada Senin (10/10), Presiden Bank Dunia David Malpass dan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengingatkan tentang potensi meningkatnya risiko resesi global dan inflasi yang akan menjadi masalah yang berkelanjutan.
“Ada risiko dan bahaya nyata dari resesi dunia tahun depan,” kata Malpass.
Pada hari Senin (10/10), IMF mencatat bahwa aktivitas ekonomi melambat di ketiga ekonomi utama Eropa, yang telah terpukul keras oleh harga gas alam yang tinggi.
Lalu Tiongkok yang mengalami volatilitas perumahan dan gangguan Covid-19 hingga menyeret turun pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Amerika Serikat dipengaruhi kenaikan suku bunga yang “mulai menggigit”.
Sementara itu, Georgieva mengatakan IMF akan mengadvokasi agar bank sentral melanjutkan upaya mereka untuk menahan inflasi, meskipun berdampak negatif pada pertumbuhan.