Blue Bird Terbuka Diakuisisi Go-Jek

Sudah Dua Tahun Lakukan Kerja Sama
6 Juli 2019, 16:12:23 WIB

JawaPos.com – Kabar Go-Jek yang berencana mencaplok 20 persen saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) santer terdengar. Sebagai perusahaan publik, Blue Bird mengaku terbuka soal kemungkinan pihak lain membeli saham perusahaan. Meski begitu, mereka menampik bahwa sudah ada pembicaraan dengan Go-Jek mengenai hal tersebut.

“Belum ada diskusi,” tegas Corporate Secretary PT Blue Bird Tbk Jusuf Salman kemarin (5/7).

Jusuf menambahkan, sampai saat ini, pihaknya tidak memiliki informasi material yang dapat memengaruhi kelangsungan serta harga saham perusahaan. Direktur Marketing Blue Bird Amelia Nasution menjelaskan, Blue Bird dan Go-Jek hanya melakukan kerja sama operasional.

Kerja sama tersebut sudah berjalan sejak lama dalam layanan aplikasi Go-Blue Bird. Pihaknya menegaskan bahwa tidak ada rencana untuk mengubah nama perusahaan.

“Dapat dipastikan bahwa Blue Bird sebagai brand yang telah dikenal baik oleh masyarakat selama puluhan tahun,” ujarnya kemarin.

Sebagiamana diwartakan, hubungan Blue Bird dengan Go-Jek terjalin cukup lama. Pada 2017, keduanya bekerja sama agar taksi Blue Bird dapat dipesan melalui aplikasi Go-Jek. Bahkan, pada Maret tahun ini, mereka meluncurkan fitur Go-Blue Bird sehingga penggunanya dapat memesan taksi Blue Bird secara khusus.

Munculnya isu pembelian saham Blue Bird bermula dari informasi yang beredar bahwa Go-Jek telah menunjuk Morgan Stanley sebagai penasihat investasi dalam rangka mencaplok 20 persen saham Blue Bird. Go-Jek dirumorkan masuk ke Blue Bird melalui skema saham baru atau rights issue.

Pada penutupan perdagangan Rabu (3/7), saham Blue Bird naik 110 poin atau 3,83 persen menjadi Rp 2.980 per lembar. Sehari kemudian, saham Blue Bird kembali menguat 100 poin atau 3,36 persen menjadi Rp 3.080 per lembar. Namun, hari ini sahamnya terkoreksi 60 poin atau 1,95 persen menjadi Rp 3.020 per lembar.

Menanggapi hal tersebut, pihak Go-Jek juga enggan berkomentar lebih jauh. “Maaf, kami tidak bisa menanggapi rumor di pasar,” ujar VP Corporate Communication Go-Jek Kristy Nelwan secara singkat tadi malam.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menyatakan, di era disrupsi teknologi memang dibutuhkan kolaborasi antara pelaku bisnis konvensional dan jasa transportasi online. “Total driver online yang telah menembus 2 juta orang pastinya membuat persaingan makin ketat,” sahutnya.

Menurut dia, hal itu terbukti dengan tergerusnya margin laba yang dinikmati pelaku transportasi konvensional selama 4 tahun ini. “Kolaborasi ini bertujuan saling berbagi market share dengan pemain konvensional,” terangnya.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : (agf/vir/c5/oki)

Saksikan video menarik berikut ini:


Close Ads