Minggu, 4 Juni 2023

Pemerintah Mulai Jual Surat Berharga Negara Burden Sharing

- Senin, 27 Juli 2020 | 13:37 WIB
Ilustrasi kantor pusat Bank Indonesia (JawaPos.com)
Ilustrasi kantor pusat Bank Indonesia (JawaPos.com)

JawaPos.com – Pekan ini pemerintah akan menerbitkan surat berharga negara (SBN) perdana yang bakal dibeli Bank Indonesia (BI) dengan menggunakan skema burden sharing.

Itu sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan pendanaan untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN) akibat pandemi.

Sesuai kesepakatan yang ditandatangani antara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan BI, SBN yang akan diterbitkan memiliki tenor 5 dan 8 tahun. Lebih pendek jika dibandingkan dengan perkiraan awal yang memiliki masa jatuh tempo hingga 10 tahun.

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menilai, dampak penerbitan SBN dengan tenor tersebut akan membuat yield yang ditawarkan lebih tinggi daripada tenor 10 tahun. ”Angkanya apakah di atas 8 atau 9 persen, pasar yang akan menentukan. Kalau tenornya pendek, permintaan Kemenkeu untuk uang dari pasar akan lebih cepat, biasanya bunganya lebih tinggi. Kalau makin panjang tenornya, bunganya lebih rendah,’’ terang dia kepada Jawa Pos kemarin (26/7).

Dengan kondisi itu, pembayaran bunga dan pokok harus dilakukan pada 2025 dan 2028. Artinya, pemerintahan periode mendatang yang akan menanggung beban pokok dan bunga pada tahun tersebut. ”Risikonya, ruang fiskal di tahun di mana bunga dan pokok itu dikembalikan menjadi lebih sempit,’’ imbuhnya.

Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman menuturkan, pihaknya masih memproses pembuatan rekening khusus di BI untuk penempatan dana pembelian SBN tersebut. Dengan skema burden sharing, BI sepakat untuk membeli SBN pemerintah dengan skema private placement yang diperuntukkan sebagai pendanaan public goods sebesar Rp 397,56 triliun. Dalam hal ini, BI akan menanggung 100 persen bunga dari SBN tersebut.

Luky menambahkan, pembelian SBN itu tidak dilakukan secara langsung. Namun, dilakukan bertahap sesuai kebutuhan pembiayaan. ”Khusus melalui private placement tidak melalui lelang biasa atau mekanisme market. Jadi, Rp 397,56 triliun itu nggak sekaligus, sesuai dengan kebutuhan. Nanti BI membeli SBN sesuai kebutuhan.’’

 

Saksikan video menarik berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=5ytcLsGuDV4

 

https://www.youtube.com/watch?v=1-kEt0WbcQA

 

https://www.youtube.com/watch?v=fRtl6GJKUzk

Editor: Ilham Safutra

Tags

Terkini

X