Sudan
Hilangnya Abdul-Hakeem Irshad membuat si Lelaki Sudan menjadi tempat semua orang bertanya.
Kapan terakhir kau bertemu Abdul-Hakeem Irshad?
Tiga hari sebelum tanggal keberangkatannya ke Kanada.
Apa ada yang aneh dari kali terakhir ia bertemu denganmu?
Tidak ada.
Apa ia ada mengontakmu lagi?
Tidak ada.
---
DUA minggu setelah lelaki itu menghilang ia membuka kamarnya dan mulai mencari petunjuk. Ia hanya menemukan sebuah koper yang sudah dikunci rapat. Beberapa orang Afghanistan dari komunitas pengungsi datang ke unit apartemen mereka siang itu. ”Mengapa koper ini kosong?”
Ia mengernyitkan dahinya sambil menggeleng penuh keheranan. Tapi lelaki yang tadi bertanya padanya kembali membuat darah naik ke kepalanya dengan satu pertanyaan. ”Apakah kalian pernah bertengkar?”
”Apa maksudmu bertanya demikian?”
Seorang wanita menengahi mereka berdua. Akhirnya setelah beberapa saat mengecek kembali barang-barang Abdul-Hakeem Irshad mereka pergi. Tidak masuk akal, pikirnya dalam hati. Harusnya ialah yang bertanya pada mereka apakah ada yang bertengkar dengan Abdul-Hakeem Irshad. Kalau tidak mengapa ia malah tinggal dengannya, bukan dengan pengungsi Afghanistan yang lain.
Selepas kepergian mereka si Lelaki Sudan mulai memasak makan malamnya. Ia membuka jendela sementara menunggu syurbah yang ia masak matang. Melihat-lihat apakah kucing kampung yang dipelihara oleh Abdul-Hakeem Irshad akan kembali pulang.
Pikirannya kembali mengembara, apakah nanti dia bisa disalahkan dengan menghilangnya lelaki itu? Bagaimana jika ia dilaporkan polisi? Tapi ia tahu hilangnya seorang pengungsi di negara ini berarti berkurangnya satu masalah. Tentu saja para polisi tidak akan mengusutnya.
Akhirnya ia kembali membuka kamar lelaki itu dan mengecek sekali lagi. Ia mengeluarkan koper yang ada di lemari dan memindahkannya ke atas kasur sambil bertanya-tanya, mengapa orang yang sudah menunggu bertahun-tahun untuk keluar dari negara ini malah tidak mempersiapkan kepergiannya?
***
Afghanistan
Ingatan si Lelaki Afghanistan akan Abdul-Hakeem Irshad kembali seminggu setelah lelaki itu menghilang. Ia mendapat pesan dari si Lelaki Jawa, mengabarkan bahwa Abdul-Hakeem Irshad menghilang beberapa hari sebelum ia pindah ke Kanada.
Mereka berdua pernah tinggal bersama selepas keluar dari selter. Abdul-Hakeem Irshad sibuk dengan dunia di dalam kepalanya sendiri, sementara ia sibuk mencari cara bertahan hidup. Ia bahkan tidak mempunyai kewarganegaraan, pekerjaan, atau bahkan sebuah tempat yang bisa ia sebut rumah.
Penyebab pertengkaran mereka sepele, hanya karena angka sepuluh ribu. Jumlah followers di Instagram Lelaki Afghanistan itu melonjak dalam beberapa bulan. Sementara jumlah followers terus meningkat, persaudaraan mereka semakin renggang. Ia semakin jarang ada di rumah, sibuk dengan teman-teman barunya.
Sampai beberapa bulan mereka harus pindah rumah dan Lelaki Afghanistan itu diajak tinggal bersama pendiri agensi model tempat ia bernaung. Lelaki itu memercayainya dan ia memercayai juga lelaki itu. Ia bahkan memberikannya pekerjaan tanpa kontrak dan membayarnya tunai.
Bertahun berlalu, followers si Lelaki Afghanistan bertambah melewati enam digit.
Tapi ketenaran punya harganya sendiri. Komunitas pengungsinya acap kali meminta bantuannya, tapi ia sama sekali tidak berani membuka statusnya sebagai pengungsi. Ia seperti berada di dua dunia. Ia menyukai negara ini, tapi negara ini tidak menyukainya, ralat, orang-orang sepertinya. Abdul-Hakeem Irshad pernah berkata bahwa ia terbelenggu di negara ini. Ia bahkan tidak mendapat hak sebagai manusia untuk mencari pekerjaan, pendidikan, dan rumah tinggal. Ia juga pernah melihat bahwa Abdul-Hakeem Irshad disiksa karena tulisannya sendiri yang mengkritik para penjaga selter pengungsi.
Tulisan Abdul-Hakeem Irshad berbahaya dengan caranya sendiri. Tapi justru dari si Lelaki Jawa ia tahu bahwa tulisan-tulisan itulah yang membawanya mendapatkan kesempatan untuk pindah ke Kanada. Bahkan ratusan ribu followers si Lelaki Afghanistan itu tampak tidak berharga sekarang.
Ia membuka Facebook-nya dan membaca semua tulisan Abdul-Hakeem Irshad. Tak berapa lama ia menekan tombol pesan dan melihat bahwa seminggu yang lalu Abdul-Hakeem Irshad mengirim pesan padanya, tapi sudah dihapus. Ia terbangun dengan cepat sambil memusatkan perhatiannya pada pesan yang terhapus itu.
Apa yang ingin kaukatakan, Abdul-Hakeem Irshad?
***
Jawa
Lelaki Jawa itu tidak menyangka bahwa kali terakhir ia melihat Abdul-Hakeem Irshad secara langsung adalah bertahun-tahun lalu saat ia mencoba pergi dari dunia ini dengan caranya sendiri.
Si Lelaki Jawa tidak pernah lagi bertemu secara langsung dengan Abdul-Hakeem Irshad. Mereka hanya bertukar pesan lewat WhatsApp sesekali. Ia melihat pesan terakhir Abdul-Hakeem Irshad, mengabarinya bahwa ia segera pindah ke Kanada. Mereka berjanji untuk bertemu lagi kali terakhir. Tapi janji tinggallah janji dan pertemuan itu tidak pernah terjadi.
Di hari mereka seharusnya bertemu, Abdul-Hakeem Irshad menghilang tanpa kabar. Esoknya si Lelaki Jawa datang ke Apartemen Kalibata untuk mengecek keadaannya. Ia bertemu dengan teman satu unit Abdul-Hakeem Irshad, seorang Pemuda Sudan yang juga mengabarkan perihal hilangnya Abdul-Hakeem Irshad.
Lelaki Jawa itu menghubungi Abdul-Hakeem Irshad setiap hari, tapi nihil.
Ia mengenal Abdul-Hakeem Irshad kurang lebih dua belas tahun lalu. Ia baru saja lulus kuliah dan mendapat pekerjaan sebagai pekerja sosial di salah satu selter pengungsian di Tebet. Bertahun-tahun dia habiskan menjadi pekerja sosial, tapi Abdul-Hakeem Irshad adalah pengungsi yang paling membekas di otaknya.
Ia ingat betul suatu hari Abdul-Hakeem Irshad pernah datang padanya sambil menangis. Mengingat bahwa remaja itu bukanlah satu-satunya remaja pengungsi yang pernah datang padanya sambil menangis, si Lelaki Jawa tidak terlalu ingat apa penyebabnya. Waktu berjalan seperti biasa sampai akhirnya seminggu setelahnya si Lelaki Jawa-lah yang menangis. Di depan kamar rumah sakit tempat Abdul-Hakeem Irshad dirawat.
Itu adalah kali pertama ia memergoki Abdul-Hakeem Irshad mencoba membunuh dirinya sendiri.
Di waktu-waktu lain remaja itu tumbuh seperti remaja pengungsi lain. Walau tentu saja terkadang ia dapat melihat sorotan mata mereka yang menyimpan kepahitannya sendiri. Mereka datang dalam kapal dari negara mereka yang berkobar dalam konflik, berharap-harap mereka mendarat di satu negara utopia yang akan menampungnya. Tetapi si Lelaki Jawa telah mengenal negaranya sendiri dengan yakin, bahkan terkadang warga negara sendiri tak terurus dan telantar, bagaimana mungkin negara ini peduli dengan mereka yang terbuang dari negaranya masing-masing.
Seminggu sebelum ulang tahunnya yang kedelapan belas, Lelaki Jawa kembali menemukan Abdul-Hakeem Irshad terkulai di atas ranjangnya dengan mulut berbusa.
Remaja itu selamat. Tetapi sesuai peraturan yang berlaku, Abdul-Hakeem Irshad harus keluar dari selter setelah berumur delapan belas tahun. Dan Lelaki Jawa tidak pernah lagi bertemu secara langsung dengan Abdul-Hakeem Irshad.
Di hari Abdul-Hakeem Irshad harusnya berangkat ke Kanada, Lelaki Jawa sedang berada di selter. Memandang beberapa remaja pengungsi. Ia seperti melihat Abdul-Hakeem Irshad remaja berada di depannya. Menyapu halaman lantas mata mereka bertemu. Remaja itu tersenyum dengan tulus, kepolosan berenang di tatapannya.
Lelaki Jawa menarik napas panjang. Berharap semoga di mana pun Abdul-Hakeem Irshad berada, di dunia ini maupun yang lain, ia akan menemukan kebahagiaannya sendiri.
***
Moggy
Kucing kampung kembali ke tempatnya dilahirkan tiga hari setelah majikannya menghilang.
Tidak banyak kenangan yang dapat diingat di memorinya yang terbatas. Tapi samar ia mengingat bau sampah dan suara lalat yang berdesing saat ia mencari-cari puting ibunya. Kucing kampung juga tidak dapat mengenal waktu yang mengalir melewatinya. Yang ia ingat suatu waktu ibunya menghilang dan saat itulah ia harus menghadapi dunianya sendiri.
Kucing kampung seakan-akan tahu bahwa Abdul Hakeem-Irshad adalah makhluk yang baik. Jika tidak bagaimana mungkin lelaki itu memberikannya sekerat daging sambil mengelus kepalanya dengan sayang. Lantas mengajaknya berbicara sepanjang makan malam itu dalam bahasa Farsi yang liris.
Suatu hari lelaki itu membawa seorang perempuan berkerudung makan malam bersamanya. Perempuan itu menyarankan Abdul-Hakeem Irshad membawanya pulang dan merawatnya. Mereka bahkan memberinya nama, Rumi.
Tapi suatu hari Abdul-Hakeem Irshad tidak kembali.
Tiga malam berganti sudah. Rumi mengiau keras kepada Lelaki Sudan untuk memberinya makan. Saat Lelaki Sudan itu membuka pintu untuk keluar, Rumi mengikutinya. Teman Abdul-Hakeem Irshad itu mengangkatnya ke depan mukanya dan bertanya apakah Rumi juga merindukan tuannya? Setelah itu ia diletakkan kembali ke dalam. Tapi akhirnya dengan keberanian yang entah berasal dari mana ia melompat keluar dari balkon yang ada di lantai 1.
Rumi berjalan gontai sambil mendengar keramaian yang sudah lama tak ia rasakan. Menuju bagian belakang kompleks apartemen tempat pembuangan sampah. Dulu ia dilahirkan di tempat itu sampai ibunya tak lagi mengurus ia dan saudara-saudarinya.
Ia mencium bau seseorang yang ia kenal. Suatu waktu sebelum Abdul-Hakeem Irshad membawanya ke apartemen, beberapa pemuda mabuk pernah memukul majikannya tanpa alasan yang jelas. Bau para pemuda itu masuk kembali ke penciumannya. Mengingatkannya akan malam itu. Ia dapat merasakan para pemuda itu tampak bahagia akan sesuatu. Salah satu dari mereka mengangkat jarinya dan menggeseknya ke leher sendiri, lantas ia tergelak.
Rumi terus beranjak pergi sambil mengiau nama Abdul-Hakeem Irshad. Lelaki yang dulu menyelamatkannya dari kejamnya jalanan. Sekarang waktu bagi dirinyalah membalas kebaikan lelaki itu.
***
Kanada
Lelaki Kanada itu termenung di keramaian Bandara Calgary. Bermain dengan berbagai kemungkinan yang ada. Mungkin Abdul-Hakeem Irshad ingin memberinya kejutan. Meskipun sungguh ini adalah kejutan yang sangat tidak lucu.
Mrs Tremblay dan para sponsor yang juga menunggu bersama Lelaki Kanada itu tampak kehilangan harapan. Wanita tua itu mulai menangis, takut suatu hal terjadi pada Abdul-Hakeem Irshad. Akhirnya satu per satu mereka kembali pulang dengan membawa emosinya masing-masing. Meninggalkannya sendirian, yang entah mengapa masih mempunyai sejumput harap bahwa Abdul-Hakeem Irshad akan datang. Mrs Tremblay yang terakhir pulang menanyakan padanya apa yang harus ia lakukan dengan berbagai kue yang ia buat untuk Abdul-Hakeem Irshad. Lantas mereka berdua tertawa tanpa sebab, Abdul-Hakeem Irshad bisa saja sedang celaka sekarang dan mereka memikirkan tentang kue.
”Ceritaku bukanlah cerita penuh inspirasi,” Abdul-Hakeem Irshad pernah berkata pada Mrs Tremblay dan dirinya. Saat mereka sedang menimbang untuk menjadi sponsor Abdul-Hakeem Irshad ke Kanada. ”Ceritaku adalah cerita tentang keuletan.”
Dan Abdul-Hakeem Irshad mulai bercerita dan membagikan tulisan-tulisannya. Serta beberapa puisi yang ia tulis. Di akhir pertemuan daring itu Mrs Tremblay menitikkan haru dan berjanji akan membantu si penulis terasing. Dua tahun berjuang, aplikasi permanent resident Abdul-Hakeem Irshad diterima.
Karena itulah si Lelaki Kanada tidak mengerti apa yang terjadi pada temannya itu.
Ia mengontak kembali beberapa teman Abdul-Hakeem Irshad di Indonesia. Setelah itu ia mengecek kembali rute penerbangan yang seharusnya diambil oleh Abdul-Hakeem Irshad.
Si Lelaki Kanada menghela napas penuh kekalahan.
Akhirnya ia beranjak pergi. Baik lelaki itu maupun dirinya pernah mengarungi samudra di atas kapal penuh cobaan dan mara bahaya. Ia yakin bahwa Abdul-Hakeem Irshad masih hidup entah di mana. Mengembara untuk sampai di negara yang sekarang membuka tangan untuk menerimanya. Tapi kapan Abdul-Hakeem Irshad akan tiba, mungkin hanya semesta yang tahu jawabannya.
***
Sunda
Inilah cinta: untuk terbang menuju langit rahasia.
Gadis Sunda selalu suka akan kalimat puisi ini. Penggalan puisi yang pernah dilontarkan oleh Abdul-Hakeem Irshad. Suatu waktu di tempat mereka berdua acap kali bertemu di pinggiran jalan Kalibata. Entah mengapa saat itu Gadis Sunda seperti berada di nirwana kecil di antara Apartemen Kalibata dan rel kereta.
Tapi masa depan mereka berada di ujung tanduk saat Abdul-Hakeem Irshad berkata bahwa ia mendapatkan kewarganegaraan di Kanada. ”Bagaimana dengan masa depan kita?”
”Kamu bisa menunggu? Saya berjanji akan mengawinimu,” air kesedihan mulai berkumpul di pelupuk mata Gadis Sunda. Abdul-Hakeem Irshad menyeka wajah gadis itu perlahan.
Itu adalah percakapan mereka dua bulan lalu. Seminggu sebelumnya lelaki itu benar-benar menghilang dari hidupnya. Ia sudah mencoba mengunjungi teman satu apartemen Abdul-Hakeem Irshad, seorang lelaki berbadan besar asal Sudan. Tapi lelaki itu pun tidak mengetahui ke mana temannya.
Gadis Sunda itu tak tenang sepanjang hari. Esok hari seharusnya ia mengantar Abdul-Hakeem Irshad ke bandara. Melepasnya dengan tangisan seperti perpisahan sementara dua muda-mudi di serial Korea yang sering ia tonton. Bahkan itu saja sudah mampu membuatnya menangis, bagaimana mungkin ia harus mengalaminya sendiri?
Sementara ia menggeprek ayam goreng pesanan tamunya, ia jadi berpikir, jangan-jangan Abdul-Hakeem Irshad sengaja menghilang agar ia ketinggalan pesawat? Mungkin saja ia sengaja agar dirinya bisa tinggal di Indonesia. Menetap dan mempunyai keluarga dengannya. Bagaimanapun Abdul-Hakeem Irshad berkata ia mencintai Indonesia selayaknya ia mencintai dirinya.
Lelaki itu kembali hadir di kepalanya sepanjang perjalanan pulang. Sampai ia di rumah dan melihat ayahnya sedang berada di teras. Sambil bertanya-tanya mungkin ayahnya akan bahagia jika mendengar bahwa Abdul-Hakeem Irshad menghilang. Mengingat ayahnya sama sekali tidak setuju akan hubungan mereka berdua karena lelaki itu adalah pengungsi yang tak jelas asal usulnya.
Lekas-lekas ia beranjak masuk ke dalam kamar dan menguncinya. Ia kembali mengecek ponselnya, namun nihil, tidak ada kabar dari lelaki yang ia cintai. Diambilnya sebuah kotak dari dalam laci yang ia kunci. Ia membukanya dan mengambil satu stik kecil dari dalamnya. Ia teringat Abdul-Hakeem Irshad pernah bercerita tentang mawar putih liar yang ada di kampung halamannya. Ia juga teringat bahwa Abdul-Hakeem Irshad telah memetik mawarnya di suatu malam. Si Gadis Sunda menatap stik yang ia pegang dan melihat garis yang ada di sana. (*)
Cerita ini ditulis dari kerja sama dan riset bersama www.thearchipelago.org
---
AWI CHIN, Penulis, penyair, dan model. Karyanya Yang Tak Kunjung Usai (Comma Books-KPG/2020) dan Kematian Merayakan Kehidupan (Buku Mojok/2022).