JawaPos.com–Bupati Lumajang Thoriqul Haq menegaskan, area terdampak letusan Gunung Semeru bukan tempat wisata. Bupati meminta masyarakat untuk tidak mendekat ke wilayah tersebut.
Bupati mengatakan, masyarakat yang ingin berfoto atau mengabadikan momen di area terdampak letusan Gunung Semeru menghambat proses evakuasi. ”Soal yang ingin foto-foto, jeprat-jepret, sudah. Bukan waktunya sekarang. Ini bukan tontonan, bukan tempat wisata,” ucap Thoriq.
Thoriq menjelaskan, dengan banyaknya aktivitas masyarakat yang menggunakan kendaraan di area terdampak letusan Gunung Semeru, menyebabkan alat transportasi pengangkut bantuan terhambat. Masyarakat yang ingin menyalurkan bantuan untuk warga terdampak letusan Gunung Semeru, bisa memanfaatkan posko-posko yang ada.
”Saat ini, di wilayah Kecamatan Pronojiwo, sudah banyak posko yang berdiri dan bisa menerima bantuan. Kendala itu banyak orang ke sana, termasuk mobil-mobil yang ke atas. Itu yang membuat masalah,” tutur Thoriq.
Dalam upaya untuk mengurangi aktivitas masyarakat di area terdampat, personel Satbrimob Polda Jawa Timur melakukan penyekatan. Penyekatan dilakukan untuk mencegah pihak-pihak yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi bencana.
Selain warga setempat, petugas, TNI-Polri, dan relawan, dilarang masuk dan mendekat ke lokasi bencana. Hanya pihak-pihak yang melakukan penanganan bencana yang diperbolehkan masuk ke wilayah terdampak.
Ada dua titik penyekatan yang dilakukan personel Satbrimob Polda Jawa Timur. Yakni di depan Balai Desa Supiturang dan perempatan Tugu Pancasila.
Titik terdampak paling parah di kawasan Umbulan, Dusun Sumbersari, banyak didatangi warga luar kawasan. Warga dari luar wilayah itu, banyak yang melakukan swafoto atau melakukan siaran langsung menggunakan akun media sosial.
Kawasan Umbulan di Dusun Sumbersari terdampak letusan Gunung Semeru cukup parah. Tercatat ada 20 hektare lahan pertanian yang rusak dan puluhan rumah mengalami rusak berat. Selain itu, ratusan warga juga harus mengungsi akibat bencana tersebut.