JawaPos.com–Sejak Erupsi pada Sabtu (4/12) atau empat hari lalu, Gunung Semeru terpantau masih terus mengeluarkan material vulkanik. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa minta masyarakat tidak mendekati zona merah.
Khofifah meminta masyarakat beraktivitas dalam radius aman. Menghindari arah bukaan kawah di sektor tenggara–selatan, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava dan lahar, di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Termasuk potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan.
”Masyarakat yang tidak berkepentingan jangan dekati zona merah karena berbahaya. Apalagi kalau cuma untuk sekadar mengambil foto bencana. Lokasi bencana, bukan lokasi wisata,” ucap Khofifah, Rabu (8/12).
Menurut Khofifah, jangan sampai demi eksistensi di media sosial, warga mengabaikan keselamatan diri. Selain awan panas guguran Gunung Semeru masih berpotensi, tingginya curah hujan di kawasan Semeru juga disebut Khofifah dikhawatirkan berpotensi menimbulkan banjir lahar dingin.
”Daripada selfie ria di lokasi bencana, baiknya berempati dengan menghimpun dan menyalurkan bantuan atau mendoakan para korban bencana yang sampai saat ini ada yang masih hilang belum diketemukan,” tutur Khofifah.
Khofifah mengatakan, Pemprov Jatim bersama Pemkab Lumajang, TNI-Polri, BNPB dan segenap relawan terus berupaya untuk memberikan pelayanan kepada para penyintas secara optimal.
Terkait proses relokasi pemukiman warga terdampak, saat ini dalam proses identifikasi lokasi, yang semua opsinya terkonfirmasi milik Perhutani. Data terkini Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru pada Rabu (8/12) pukul 12.00 WIB, jumlah warga mengungsi mengalami peningkatan menjadi 5.171 jiwa.
Pengungsi sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Lumajang, sedangkan di Kabupaten Jember ada 94 orang, Kabupaten Malang terdapat 96 jiwa, dan Kabupaten Blitar 20 orang.
Sebaran titik pengungsian di Kabupaten Lumajang berada di Kecamatan Pronojiwo dengan 9 titik berjumlah 985 jiwa, Kecamatan Candipuro 6 titik dan 1.733 jiwa, Kecamatan Pasirian 4 titik dan 974 jiwa, Kecamatan Lumajang 199 jiwa, Kecamatan Tempeh 459 jiwa, Kecamatan Sumberseko 67 jiwa, Kecamatan Sukodono 191 jiwa, dan lainnya tersebar di 7 kecamatan lain di Lumajang.
Data korban jiwa tercatat warga luka-luka 56 jiwa, hilang 13 jiwa, dan meninggal dunia 38 jiwa. Sedangkan jumlah populasi terdampak sebanyak 5.205 jiwa.
Terkait dengan jumlah warga yang dinyatakan hilang dan luka, posko masih melakukan pemutakhiran data dan validasi. Selain dampak korban jiwa, APG mengakibatkan 2.970 unit rumah terdampak yang saat ini terus dilakukan pendataan.
Fasum dan fasos yang terdampak saat ini tercatat 31 unit. Terdiri atas sarana pendidikan 24 unit, sarana ibadah 5 unit, faskes 1 unit, dan jembatan 1 unit. Selain itu, tercatat 199 ekor hewan ternak juga terdampak.