JawaPos.com–Peta kawasan rawan bencana (KRB) di sekitar area terdampak erupsi Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, akan diperbarui. Pembaruan itu dilakukan usai Badan Geologi Kementerian ESDM mengunjungi daerah yang terdampak.
”Pada Selasa (7/12), terdapat APG sebanyak tiga kali sejak pukul 00.00 hingga 17.30 yang disertai gempa permukaan,” tutur Kepala Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Andiani pada Konferensi Pers Update Erupsi Gunung Semeru, Rabu (8/12).
Daerah Besuk Kobokan menjadi area yang mendapat perhatian khusus dari Badan Geologi Kementerian ESDM. Wilayah itu menjadi daerah aliran awan panas guguran (APG) erupsi Semeru pada Sabtu (4/12).
”Dari kunjungan kami, utamanya di daerah Besuk Kobokan yang menjadi daerah aliran APG, adalah untuk melakukan update peta KRB yang sudah ada. Sehingga kami tahu apakah ada perubahan,” terang Andiani.
Materi itu kemudian akan menjadi dasar perubahan peta KRB. Peta yang diubah itu, akan menjadi acuan pemerintah daerah serta sejumlah stakeholder terkait sebagai antisipasi bencana susulan.
Dia menjelaskan, perubahan peta KRB tersebut didasarkan pada hasil pemetaan di lapangan. Yakni pemetaan batuan produk erupsi Gunung Semeru. Hasil yang didapatkan dari kunjungan ke wilayah-wilayah terdampak akan menjadi acuan area-area yang terancam erupsi.
”Peta KRB dinamis. Kami perlu lakukan pemetaan lagi. Updating ini untuk menghaluskan, karena saat ini peta kami masih ada di skala 1:50.000. Kami ingin membuat skala 1:25.000 sehingga akan detail untuk acuan ke depannya,” terang Andiani.
Selain peta KRB, Badan Geologi juga fokus mengembangkan teknologi untuk menghitung volume material di puncak Gunung Semeru. Sebab tiap gunung memiliki karakteristik berbeda. Tidak semua jenis teknologi bisa digunakan untuk semua jenis gunung.
”Tipikal setiap gunung berbeda-beda. Kami akan jajaki teknologi yang paling pas,” ujar Andiani.
Dia juga berpesan kepada warga untuk menghindari zona rawan bencana. Yakni pada radius 1 km dari puncak serta 5 km dari bukaan kawah arah selatan dan tenggara.
”Selain itu diimbau untuk menghindari daerah yang terdampak APG dan daerah sungai yang berhulu di Gunung Semeru, karena masih terdapat potensi terjadinya APG dan banjir lahar dingin,” ucap Andiani.