Lahir
Lahir & melihat kalian
–kami ingin kembali tapi
kaki & tangan cukup pendek
meraba, menjangkau. Masa silam
memagari tinggi. Kami tak bisa
menyesal, meski yang pernah
terjadi di desa belum habis
terbakar. Kalian melengkapi.
Lahir & mendampingi kalian
–impian yang sempat tertelan
mulut angin. Kesempatan bagai
puyuh lepas dari cengkeraman
elang di tanah lapang perkebunan.
Waktu memang bijih tembaga.
Kami sudah jadi penambang
yang terus mencari kedalaman.
Barru, 2022
—
Bersaksi
Kesempatan bersaksi di hadapan
masa depan kalian, membuat
kami sejak dini menerka fenomena.
Bukakan kami waktu bersiasat
demi tubuh & tumbuh subur kalian.
Kami sudah kalian angkat jadi penanam.
Kami akan angkut buah-buah
untuk menjamin perut & pikiran kalian.
Kami ingin terus memetik banyak
harapan & meraih warna-warna
untuk meletakkan di hati kalian.
Kami tidak selalu benar. Sanggah
jika putih mulai menguning.
Barru, 2022
—
Kambing
Kambing jantan & betina yang dibeli
tersembelih di sisi kiri rumah.
Menjadi kendaraan kalian untuk
menyusuri
jalan demi jalan. Tamu-tamu yang datang
tak semua mendoakan. Namun, ada satu
doa kecil di permukaan amplop,
mengharuskan kami membayangkan
takdir yang mesti kalian peroleh
tepat sasaran di sepuluh tahun ke depan.
Tindakan apa pun yang diulurkan,
balasannya tak dapat kalian protes
atau gugat. Di mata kalian yang terus
matang kan menangkap yang luas,
dalam, dangkal, & lantang.
Barru, 2022
—
Permintaan saat Kalian Dewasa
Jujur di saat tak ada makanan.
Tetap jujur di saat kenyang.
Itu permintaan kami pada kalian.
Jangan pernah menjual lidah
& jangan ubah modelnya
agar bisa bercabang-cabang.
Jangan! Perhitungan yang pelan-pelan
kami ajarkan, bukan untuk kalian
pakai kurang ajar. Benda-benda
yang kurang di hidup belum tentu
cocok saat hadir untuk kalian
gunakan. Lihat saksama & terjemahkan
diri kalian pada peta kota ini. Tiap-tiap
sudut bersiap menjatuhkan perangkap.
Tangkap yang mesti ditangkap
& selalu tangkis yang hendak
mengikis nurani.
Barru, 2022
—
ALFIAN DIPPAHATANG
Penulis yang lahir di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Buku puisinya, Semangkuk Lidah (2016), Dapur Ajaib (2017), dan Jari Tengah (2020), masuk daftar panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2021.