Studi tentang Ketidakpastian
1. Kau menyimpan banyak tangkapan layar di galeri ponselmu.
1.1 Yang kau duga berharga.
1.2 Atau siasat yang dapat memudahkan pekerjaan.
1.3 Menjelang berganti ponsel, tangkapan layar itu tak pernah kau buka kembali.
1.4 Dan kini galeri ponsel barumu berisi tangkapan layar baru.
2. Kau ingin melupakan banyak hal dengan meluapkan dirimu.
2.1 Cara mengusir ular dari rumah selama-lamanya.
2.2 Cara menghilangkan bau kaki.
2.2.1 Jenis sepatu seperti apa yang cocok untuk kaki yang mudah berkeringat.
2.2.2 Sepatu tidak diciptakan untuk menemanimu ke pantai.
2.2.3 Pengaruh warna sepatu bagi kebahagiaan hidup di daerah tropis.
2.3 Cara mengurangi angka di tabel Excel.
2.4 Makanan kaleng yang bisa bertahan lama jika terjadi bencana ekologis.
2.4.1 Ikan sarden.
2.4.2 Jamur tiram.
3. Lipat pecahan uang Rp 100.000 dua lembar dan simpan di saku celanamu.
3.1 Lupakan
3.2 Walau tidak akan berlipat ganda, itu adalah investasi yang tidak buruk.
4. Apakah teman terbuat dari layang-layang.
4.1 Layang-layang putus selalu berharap dikejar oleh anak-anak.
4.2 Seorang anak berharap mengejar layang-layang sendirian.
5. Apakah kau tidak lelah menatap layar ponsel seharian.
5.1 Kau sudah tidak tahu bagaimana caranya berbicara dengan orang lain tanpa perantara
layar.
5.2 Kesepian tidak bisa menghukum siapa-siapa lagi.
6. Kematian seseorang selalu menjadi milik mereka yang masih hidup.
6.1 Apa yang akan kau tulis di nisanmu kelak.
6.2 Cobalah studi tur ke taman makam pahlawan dan mengamati bagaimana pohon hanya
mengenal mereka sebagai bagian dari rantai makanan.
6.2.1 Pohon punya siklus.
6.2.2 Kau tidak perlu merasa bersalah karena belum menjadi siapa-siapa.
6.2.3 Menjadi pohon tidak buruk.
7. Mulai sapa kembali orang-orang yang pernah membantumu.
7.1 Beberapa di antara mereka mungkin menunggu kau mengingatnya.
7.2 Beberapa lagi tidak ingin kau mengingat mereka.
7.2.1 Kau mungkin pernah ditangkap oleh seseorang di layar mereka.
8. Kesedihan yang kau kenal hari ini kelak akan menjadi remaja.
9. Kunci pintumu.
—
Berapa Harga Outfit Kamu?
Boleh saya bertanya harga outfit
kamu dari atas sampai bawah?
Penutup kepalaku terbuat dari pertanyaan
imitasi ketika relasi antara permintaan dan kelangkaan
dipermainkan pasar. Aku membelinya dari pedagang
kaki lima dengan harga yang dikondisikan perang
untuk membiayai inflasi. Aku ragu apakah benda ini,
seperti kata penjualnya, membawa keberuntungan.
Kadang nasib buruk & keberuntungan hanya
catatan kaki yang sama untuk menjelaskan
sesuatu yang berbeda.
Bajuku adalah ingatan yang dirajut
para pengembara ketika kehabisan bekal. Mereka
menukarnya dengan air mineral yang ditakar melalui
ikatan karbon yang hangat dan mudah marah. Aku
membelinya karena alasan historis yang agaknya
tidak berguna. Sejarah tidak pernah berpihak kepada
masa depan –walau kadang kecemasan membuat
kita berharap kebalikannya. Namun, peramal
& sejarawan selalu membaca buku yang berbeda.
Celanaku adalah kebijakan ekonomi
yang dihancurkan agenda politik tetapi terlalu pilu
untuk patuh pada hukum laissez faire. Aku membelinya
ketika resesi terjadi sebab itu waktu terbaik untuk
mengurangi beban pajak walau pandangan ini
tidak tercantum dalam aliran filsafat tertentu.
Dan sepatuku dirancang desainer bernama
John Stuart Mill pada tahun 1776. Setelah sekian
abad dibungkam bank sentral, seseorang menjualnya
di pasar gelap dengan harga yang tidak dicantumkan.
Walau secara fungsi sama seperti sepatu yang lain,
tetapi beberapa orang memang senang membisikkan
sesuatu yang tidak masuk akal di dalam kepalanya.
—
Apa Yang Bisa dan Tidak Bisa Dilakukan Uang
Jika tidak menemukan cara menghasilkan uang saat tidur, tulis Buffett, kau akan bekerja sampai
mati. Namun, untuk alasan yang tidak ideologis, aku mencintai pekerjaanku. Sementara
ketenangan dan daya beliku dibangun atas prinsip utama ekonomi klasik; aktivitas perdagangan
bisa berjalan sendiri tanpa perlu diatur. Sebuah relasi yang manis dan mencemaskan.
Aku memeriksa kamarku dan mencari sejumlah barang yang kubeli tanpa diikuti perasaan
menyesal. Sepatuku diimpor dari sebuah bangsa yang belajar memperbudak dirinya sendiri.
Piring yang kugunakan memiliki goresan dari krisis global yang terukir simetris di bagian
bawahnya. Aku menghabiskan makanan sambil melihat ukiran itu membentuk diagram negara
yang mengembargo rakyatnya sendiri. Baju yang kugantung di belakang pintu hasil rekayasa
padat karya dan tenaga kerja murah. Celana yang kulipat di lemari bermerek kontemplasi –aku
masih sering bertanya mengapa ada pajak penghasilan ketika rumah dan kendaraan juga ditagih.
Teve yang kubeli dari gaji pertamaku menyiarkan sejumlah berita realisme magis. Tas yang
kugantung di sudut kamar adalah hasil kejahatan perang. Buku-buku di kamarku ditebang dari
hutan Kalimantan dan sesekali mengembuskan asap pembakaran batu bara.
Kamarku ingin merebut alat produksi tetapi mendukung gerakan make art not war. Kamarku
perusahaan asing dan daya beliku hanya bisa berbahasa Indonesia. Kamarku ingin melawan krisis
iklim sambil dimanja penyejuk udara setiap hari karena Makassar rupanya saudara tiri matahari.
Kamarku hanya ingin tidur siang dengan tenang karena malam hari daya beliku kadang menjadi
tragedi kemanusiaan.
—
IBE S. PALOGAI
Lahir di Takalar, Sulawesi Selatan, pada 1993. Saat ini sedang menyiapkan buku puisi terbarunya, Belajar Ekonomi di Kelas Menulis Kreatif.