Kepada Lelaki yang Menimang Anaknya
Jika kau melihat
biru cakrawala di ujung samudra
lalu memimpikan anakmu mendayung
jauh ke sana,
niscaya pelan-pelan doamu
menjadi perahu
beserta campang dan ridipnya.
Jika kau menemui
capung mengusik tenang wajah danau
kemudian kau membayangkan wajah Tuhan di sana,
mungkin saja kelak kerinduanmu
menjadi jalan lapang
menggapai harapan.
Jika kau menyaksikan
daun gugur disapa angin
lalu melamunkan umur
yang tinggal sebatang lidi
atau selapis keju
barangkali cemasmu
segera berubah mawas diri.
Dan jika kau tak cemas lagi
saatnya kau mencemaskan diri.
Februari 2022
—
Pada Jam Berapa
Pada jam berapa kau bangun dalam mimpimu dan menemukan dirimu terbaring di atas tumpukan impian: jaring laba-laba yang liat dan lengket; mudah memikat siapa saja dengan setetes embun yang mengerjap-ngerjap oleh cahaya matahari; mengayun-ayun perasaan dan kewarasan hingga keduanya tak lagi tersisa.
Pada jam berapa kau menyadari telah meninggalkan satu impian demi mengejar impian lainnya: menjebakmu di antara kemilau yang pelan-pelan memburamkan mata; seperti lampu kilat yang seolah menerangi padahal membutakan dengan pasti; serupa mimpi yang tumbuh di matamu sebelum kota-kota bersiap membuka untuk orang-orang baru, lalu menelantarkanmu.
Pada jam berapa kamu terakhir ingat jalan pulang sebelum tersesat dalam dekapan impian demi impian yang ternyata tidak semulia yang kau impikan. Aku masih ingat pada jam berapa kamu pamit pergi mengejar impian dan berjanji akan segera pulang. Hingga hari ini kau tak bisa menentukan jam balik kanan. Kau yang aku impi-impikan, hilang dicuri impian-impian.
Juli 2021
—
Bacalah ketika Kau Merasa Sendirian
Seberapa erat kau peluk diri sendiri
tidak akan menyembuhkan luka.
Tentu kau masih ingat yang dikatakan
sepatu kiri kepada sepatu kanan
saat mereka berpapasan
: boleh saja sulit berdekapan,
yang penting menyadari bahwa
kita tak pernah sendirian.
Mungkin kau juga ingat pesan
batang-batang rel kereta jalur ganda.
Mereka membentang
kaku dan beku dalam dingin malam.
Tapi mereka yakin
kelak datang roda-roda besi kereta
yang memberi entah sedikit
atau berlimpah kehangatan.
Kau juga yang mengatakan,
dari sepatu juga rel kereta,
boleh saja kau terpuruk.
Tetapi yang menyenangkan
selalu ada teman yang mengingatkan
tentang harapan.
Februari 2022
—
HILMI FAIQ
Jurnalis dan penulis buku kumpulan cerpen Pesan dari Tanah (2021). Pada Mei 2021, buku kumpulan cerpennya, Pemburu Anak, diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia. Buku terbarunya mengenai cara menulis, Mengabadikan Tabungan Kenangan, oleh Penerbit Buku Kompas (April 2022). Pemenang tiga Hadiah Sastra Ayu Utami untuk Pemula ’’Rasa”. Selain menulis cerpen, dia sering menulis sajak dan aktif di Kelas Puisi Bekasi dan Kepul.