ASAM PEDAS
Kepala tongkol ini dibalut kental
Kuah merah bertabur temuru, daun jeruk
Dan serai yang ditetak pangkalnya
Di lidah, getar jintan dan ketumbar
Bercampur rasa asam dari asam sunti
Hangat jahe dan pedas cabai
Aku teringat wajahmu, Inong
Juga kampung halamanmu yang rinai
Oleh gelak anak-anak bermain layang-layang
Yang pandai mengumpulkan biji-biji pala
Aku teringat kisah-kisahmu, dulu
Tentang gelak serdadu dan wajah-wajah
Cemas orang-orang kampung yang gampang
Curiga dan dingin tatapan matanya
Kepala tongkol ini, Inong
Seperti kepala yang dibalut lumpur
Dipendam dalam tanah (sebuah
Kisah paling dingin yang pernah kau tuliskan)
Kini semua itu jadi kenangan
Bagai bah dan wabah yang lewat menyapu
Daratan dalam sekejap
Di ujung lidah ini, aku merasakan masakan
Paling getar, paling getir seperti saat aku
Dibalut sepi mengenangkanmu
Cimahi, 2022
—
LUMPIA SEMARANG
Yang bergulung bagai guling ini
Lumpia Semarang. Di dalamnya
Bersemayam udang dan suwir-suwir
Daging ayam
Di pucuk lidah aku tak bisa berdalih
Ada hangat bawang, loncang, dan lada
Di antara rebung yang diiris tipis-tipis
Serupa batang-batang lidi
Mari di mari menyusuri kota tua
Melewati kelenteng Sam Po Kong
Jajar peti kemas, dan sliwer-sliwer tronton
Di antara rob yang menggenangi jalanan
Sejenak kita tersenyum melihat seorang
Gubernur lihai memainkan Twitter dan
Instagram di layar ponsel di genggaman
Oi, acar ini, daun kucai
Menemani lembaran kulit lumpia
Yang digulung menggulung segala isi yang
Merekah saat digigit, dan seperti tiba-tiba
Menguarkan aroma paling rahasia
Di mulut yang tak pernah punya lelah ini
Semarang, 2021
—
DUA WARISAN
Setelah Singasari runtuh di tangan Jayakatwang
Tumapel lumpuh. Tapi Raden Wijaya kejatuhan
Deus ex machina dengan nabok nyilih tangan
Lewat pasukan Mongol pimpinan Ike Mese
Begitulah Majapahit didirikan
Di antara Singasari-Majapahit, ada warisan
Yang dituliskan, diuri-uri sampai kini
Di sinilah aku menemukannya
Menyeruput serbat di kedai kecil jauh dari Singasari
Wedang jahe yang di pangkal lidah terasa kencur
Kemiri, dan adas pulowaras. Aku menemukan
Kehangatan masa lalu, tidak lewat serat, tidak
Lewat babad, tidak lewat asmara dan peperangan
Di kedai lain, lidah ini bertemu sup daging bebek
Dan potongan-potongan batang pisang
Mengapung dan tenggelam dalam kuah
Lidah ini telah menangkap aroma lengkuas
Kencur, dan kunyit. Ruas-ruas empon-empon
Dan rempah-pawah: Jurkut Harsyan
Setelah Majapahit runtuh dan bata-bata candi
Disisakan, sejarah ditulis tidak dengan perut lapar
Ada sesuatu yang tersimpan di sebalik makanan
Yang diwariskan
Jombang, 2021
—
HASTA INDRIYANA, Lahir di Gunung Kidul, 31 Januari 1977. Tinggal di Cimahi. Menulis buku fiksi dan nonfiksi. Buku puisinya adalah Piknik yang Menyenangkan (2014) dan Rahasia Dapur Bahagia (2015).