AKU BUKAN AL GHAZALI
Tak pernah kumasuki
jenjang kemegahan
dunia
tak ada alasan bagiku
melarikan diri
di lembah sunyi
hanya karena mabuk kata
kumasuki kubangan peristiwa
membuatku tidak berani
mengangkat bendera
walau untuk menyerah.
Ini pengembaraan sungguh aneh
di dalam kota, sumur-sumur mengering
anak-anak membisu
para perempuan memejamkan mata
kuberlindung di bawah menara masjid
meneteskan embun
siang hari.
2021
—
AKU BUKAN RUMI
Tarianku masih biasa
mengisi kotak
dengan garis diagonal
sambil membaca tulisan
yang kubuat sendiri,
rasanya lucu juga
menyaingi panggung Tuhan
dengan cara sangat sederhana.
Karena sibuk menatap kaki
betis mulus mata kaki bersinar
aku lupa membaca bintang
untuk rujukan
gerak berputar bumi.
2021
—
AKU BUKAN RABIAH
Menjadi mimpi buruk
kisah siksa itu
yang dijejalkan
di masa kanak-kanakku.
Menjadi impian berbusa
memabukkan
surga harum
bidadari berkulit lembut
selalu tersenyum.
Aku tidak bisa bergerak
takut dan harap
sama kuatnya
menekan jiwaku.
Terus bagaimana lagi?
masih ada puisi cinta?
musik biola dan seruling
berpacu dalam waktu
membingungkan ini.
2021
—
AKU BUKAN CHAIRIL
Memberontaki kata saja
aku tidak berani.
Kata sudah mirip benteng
kerajaan rapuh
menunggu runtuh.
Zaman yang digenggam
seperti ini
hanya melahirkan barisan.
Aku pernah tidak berdaya
tunduk dan patuh
pada sejarah
padahal ia selalu membisu
tidak berpihak pada nasib
tetanggaku.
Sesuatu yang tampak luhur
hanya bendera
berkibar ke mana angin bertiup
tak pernah hadir
sebagai pohon perindang
melindungi semut hitam
di dalam dan di luar
rumahku.
Orang-orang yang dirindukan Chairil
hanya lewat kotaku
dengan mobil melaju
dari bandara menuju bandara
mengejar upacara
omong kosong zaman
sekarang.
Pernah aku merasa
teriakan tidak berguna
tidak mengubah apa-apa
lalu hanya pada doa
aku bisa berharap
ada perubahan
dengan cara bertahan.
2021
—
MUSTOFA W. HASYIM
Tinggal di Jogjakarta. Ketua Studio Pertunjukan Sastra Jogjakarta yang rutin menyelenggarakan Bincang-Bincang Sastra sebulan sekali di Taman Budaya Jogjakarta.