Sabtu, 1 April 2023

Pembacaan Dramatik Bersama Hujan

tir
- Jumat, 20 Desember 2019 | 16:30 WIB
Whani Darmawan-Sha Ine Febriyanti saat pembacaan dramatik Luka-Luka yang Terluka di Rumah Banjarsari, Solo. (Arya Darmaja for Jawa Pos)
Whani Darmawan-Sha Ine Febriyanti saat pembacaan dramatik Luka-Luka yang Terluka di Rumah Banjarsari, Solo. (Arya Darmaja for Jawa Pos)

JawaPos.com – Pembacaan dramatik naskah Luka-Luka yang Terluka oleh Whani Darmawan dan Sha Ine Febriyanti di Rumah Banjarsari berlangsung di bawah guyuran hujan deras. Cuaca yang semula bersahabat berubah gerimis lalu hujan saat naskah baru terbaca setengah. Hujan makin lebat hingga penonton memilih berteduh sementara Whani dan Ine terus melanjutkan pembacaan naskah hingga tuntas. Di halaman Rumah Banjarsari, Whani dan Ine menunjukkan keteguhan menyajikan karya hingga tuntas walau situasi amat tak mendukung.

Pembacaan dramatik ini adalah bagian dari peluncuran buku Luka-Luka yang Terluka: Jejak Perkembangan Lakon karya Whani Darmawan. Naskah tersebut Whani rampungkan bersama Eko Santoso. Buku yang dicetak dwi bahasa ini dilengkapi dengan tulisan nonlakon dari Abdi Karya dan Ethan Chian. Buku ini disunting oleh Elyandra Widharta sementara Rafaat Haji Hamzah menjadi penerjemahnya.

Di Solo, pembacaan dramatik tersebut dilengkapi dengan diskusi bersama penonton. Indah Darmastuti menjadi moderator diskusi yang berjalan dua jam itu. ’’Menurut penulisnya, naskah lakon dalam buku ini terinspirasi dari interaksinya dengan penarik gerobak sampah,’’ ujar Indah. Saat itu, Whani berinisiatif mendorong gerobak sampah yang dia rasa dapat membantu. Nyatanya si pemungut sampah malah tersungkur karena dorongan di belakang gerobaknya.

Terinspirasi dari kejadian sehari-hari, Luka-Luka yang Terluka tak lantas dengan banal membicarakan keseharian. Melalui dua penarik gerobak yang menjadi tokoh utama di dalamnya, lakon ini membicarakan banyak hal. Dari yang sederhana hingga rumit. Naskah ini tampaknya akan sulit dipentaskan dalam langgam drama realis. Pada 2018 lalu, naskah ini pernah dipentaskan di Art of House Singapura.

Luka-Luka yang Terluka: Jejak Perkembangan Lakon menambah daftar judul buku-buku karya Whani Darmawan. Sebelumnya dia pernah menulis banyak buku. Antara lain Aku Merindukan Anakku Menjadi Pembunuh (2002), novel memoar My Princess Olga (2005), novel Nun (2010), esai Spiritualitas Silat Andai Aku Seorang Pesilat (2011), Jurus Hidup Memenangi Pertarungan (2016), kumpulan lakon monolog Sampai Depan Pintu (2018), dan kumpulan lakon monolog Suwarna-Suwarni (2018).

Editor: tir

Tags

Terkini

Lanskap Gus Mus

Sabtu, 25 Maret 2023 | 21:49 WIB

Membangkitkan Kehidupan lewat Sobekan Kertas

Sabtu, 25 Maret 2023 | 21:38 WIB

Membaca Reformasi tanpa Glorifikasi

Sabtu, 18 Maret 2023 | 18:05 WIB

Elegi Seorang Ayah yang Dilanda Sakit Tua

Sabtu, 18 Maret 2023 | 17:17 WIB

Lisa "Melawan" di Pentas Monolog Chicago

Sabtu, 18 Maret 2023 | 13:49 WIB

Fayakun

Minggu, 12 Maret 2023 | 10:04 WIB

Mengenal Lukisan Lelet Nikotin Karya Gus Mus

Sabtu, 11 Maret 2023 | 09:12 WIB

Adegan Keluarga

Minggu, 5 Maret 2023 | 08:47 WIB

Lipatan dan Efek Tak Terduga

Minggu, 5 Maret 2023 | 08:07 WIB

Selepas Huru-hara

Sabtu, 25 Februari 2023 | 19:17 WIB

Galahku Janur Kuning

Minggu, 19 Februari 2023 | 10:20 WIB

Seni sebagai Bentuk Tertinggi Harapan

Minggu, 19 Februari 2023 | 09:58 WIB

Apakah Melahirkan Nikmat?

Minggu, 12 Februari 2023 | 10:21 WIB

Menguji "Penawaran" Baru Aliran Abstrak

Minggu, 12 Februari 2023 | 09:53 WIB

Kitab Hewan Goenawan Mohamad

Minggu, 5 Februari 2023 | 13:59 WIB

Hujan Hanya Turun

Minggu, 5 Februari 2023 | 13:33 WIB

Transformasi Seni Rupa Tionghoa

Minggu, 5 Februari 2023 | 13:15 WIB

Sajak: Cianjur Bermula, Satu Kali Lagi

Minggu, 29 Januari 2023 | 09:30 WIB
X